Tren Tanaman Hias dari Jual-Beli Hingga Barter

Di tengah maraknya kasus virus COVID-19 atau yang lebih kita kenal Virus Corona yang tak kunjung ada akhirnya, membuat dunia khawatir terutama kita sebagai warga Indonesia. Hampir semua sektor mengalami dampak dari kasus virus seperti sektor pertanian, pemerintah, energi, pariwisata bahkan Sektor UMKM masyarakat yang di desa pun terkena dampak dari virus Corona ini. 

Diketahui, satu tahun yang lalu pemerintah Jokowi mengeluarkan kebijakan terkait PSBB (social distancing) di antaranya setiap warga harus melakukan kegiataan di rumah atau work from home dan stay at home dengan tidak melakukan kegiataan di luar rumah.

Keadaan ini mengakibatkan banyak orang kehilangan pendapatan dan berdampak pada keputusasaan yang melemahnya imunitas, sehingga hampir sebagian waktu dihabiskan sepenuhnya di rumah. Berbagai aktivitas dilakukan demi pemenuhan kebutuhan moril maupun material, salah satunya adalah tanaman hias. Hal ini bisa membuat proses pemulihan diri (self healing) yang sangat ringan serta sederhana namun memiliki efek ke jiwa dan batin.

Kegiataan menanam tanaman hias mulai menjadi tren yang melanda baik di kalangan pejabat hingga hingga kalangan rakyat biasa dan bahkan merupakan suatu hobi baru baik untuk para ibu-ibu maupun bagi kalangan remaja.

Tren ini bukan saja sekadar tren yang dianggap remeh, di mana masa virus Corona sekarang  banyak sekali para pelaku usaha tanaman hias yang mendadak melahirkan banyak pelaku usaha baik yang bergerak dari rumah-rumah dan bukan hanya sekadar pelaku usaha, tapi mereka juga menggunakan sosial media sebagai promosi transaksi.

Ini menjadi sebuah tren, hobi serta bisa memperbaiki ekonomi karena membuat penjualan-penjualan bunga pelaku lama kebanjiran pesanan.

Salah satu pelaku usaha yang dimaksud adalah Ibu Maimunah, wanita paruh baya berusia 52 tahun dan berasal dari Desa Punti Payong Kecamatan Ranto Peureulak Kabupaten Aceh Timur, Aceh.

Beliau sudah menjadi pelaku usaha pasar yang menggeluti bisnis tanaman hias sejak awal tahun 2018. Beliau banyak menjual dan membudidayakan berbagai macam jenis, model dan bentuk serta ukuran tanaman hias di lahan beliau dengan ukuran 12×9 meter dan tanaman hiasnya dihargai mulai dari 25.000 hingga 500.000 per pot. 

Mengingat permintaan pasar yang terus meningkat ini, Ibu Maimunah pun akhirnya menyediakan lapangan kerja bagi warga. Beliau mengatakan, “Kini saya sudah memperkerjakan warga sekitar Desa Punti Payong untuk membantu saya serta membantu perekonomian warga sekitar.” 

Jenis bunga yang laris dan mendapatkan omzet lumayan besar dari semua penjualan bunga yaitu tanaman jenis keladi. Beliau awalnya tak percaya akan mendapatkan keuntugan dari jenis tanaman tersebut karna jenis tanaman itu bisa banyak ditemukan di hutan belantara, namun di balik semua itu beliau sangat bersyukur pendapatannya terus meningkat.

Menurut beliau, tanaman hias menjadi tren di masa sekarang yang tengah naik daun karena didorong oleh banyaknya pengemar bunga yang bermunculan secara mendadak serta melahirkan pelaku usaha, baik yang bergerak di rumah-rumah maupun pengembangan usaha sebelumnya. Dan alhasil, bisnis penjualan bunga menjadi ikut naik secara drastis.

Tren berikutnya yang muncul terkait tanaman hias adalah barter tanaman hias di mana praktik ini dilakukan oleh seorang pelaku usaha dengan warga untuk mendapatkan tanaman yang mereka incar. Misalnya barter antara 1 tanaman hias keladi Leopard ditukar dengan berapa tanaman hias lain seperti tanaman hias keladi Shy Cool. Akibat dari rasa ingin memperoleh barang yang dicari dan rasa ingin memiliki dengan barang yang dinginkan tanpa harus merogoh rupiah yang lumayan fantastis.

Sistem barter merupakan kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi antara dua pihak tanpa uang sebagai perantaraan alat tukarnya. Kini, barter tanaman hias pun menjadi salah satu cara bagi masyarakat untuk mendapatkan bunga yang mereka inginkan.

Di antara pelaku usaha barter tanaman hias adalah laki-laki asal Merandeh Aceh, Kota Langsa, Muis Akbar yang saya jumpai. Bang Muis menggatakan ”Tren bunga untuk saat ini menjadi salah satu hobi baru buat saya di masa pandemi ini karena bisa membuat rumah terlihat indah dan rapi serta juga bisa dijadikan sistem barter dan ada beberapa orang yang tertarik untuk melihat dan membeli bunga di rumah saya.” Di mata tetangga beliau hobi itu tidak pantas dilakukan oleh seorang pria. Namun, hari demi hari mereka semakin memperhatikan halaman depan rumah beliau semakin banyak tanaman hias sehingga mereka menjadi tertarik dan melakukan transaksi barter tersebut.

Sistem ini bahkan dilakukan sampai ke polosok Perlak demi mendapatkan bunga yang beliau inginkan. Dengan demikian, hobi ini bisa dijadikan sebagai usaha sampingan di masa pandemi sekarang ini untuk modal usaha ke depannya. Meskipun beliau masih berusia 21 tahun namun bagi beliau usaha tidak memandang usia karena tekad dan usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Hanya saja kesulitan yang dihadapi ketika sistem ini digunakan adalah sistem ini banyak membutuhkan waktu demi mempertemukan orang-orang yang membutuhkan barang dan menginginkan barang yang sama. Meskipun demikian, masih banyak kalangan masyarakat menggunakan sistem ini karena hakikatnya barter yang dilakukan merupakan komoditi antara dua pihak yang saling membutuhkan dengan syarat nilai barang seimbang dan sepakat dalam melakukan kegiatan sistem barter tersebut.

Sudah saatnya kita warga negara Indonesia harus bangkit dari terpuruknya perekonomian yang kita alami di masa sekarang ini dengan melihat berbagai macam potensi yang bisa kita ambil keuntungannya.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya