Hutan Lindung Kota Langsa dan Ekonomi Pedagang Era Pandemi

Menurut Undang–Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan disebutkan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Hutan sangat berperan penting dalam kehidupan kita salah, satu di antaranya memberikan oksigen dan menjadi paru-paru kehidupan bagi makhluk hidup.

Membahas tentang hutan dan pelestarian lingkungan, Hutan Lindung Kota Langsa menjadi salah satu perhatian penulis untuk mengetahui bagaimana perkembangan hutan lindung dari sebelum Covid-19 hingga pasca Covid–19. 

Kota Langsa merupakan sebuah kota kecil yang berada kurang lebih sekitar 400 km dari Kota Banda Aceh. Dibutuhkan waktu sekitar 9 jam untuk menempuh perjalanan dari Kota Banda Aceh ke Kota Langsa, dan jika dilihat dari jarak Kota Medan ke Kota Langsa maka hanya berjarak sekitar 196 Km. Untuk sampai ke Kota Langsa hanya akan memakan waktu sekitar 4 jam perjalanan. Akan tetapi, pengunjung hanya perlu menempuh jarak sekitar 6 Km dari pusat Kota Langsa dan memakan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke Hutan Lindung Kota Langsa.

Walaupun hanya sebuah kota kecil, namun kota Langsa sangat kaya akan kuliner dan tempat wisatanya. Tidak lengkap rasanya jika para pelancong dari luar Kota Langsa tidak membeli oleh-oleh khas Kota Langsa berupa terasi, tauco, serta kecap asin dan mengunjungi beberapa tempat wisata yang menjadi  perhatian masyarakat dari dalam maupun dari luar Kota Langsa yaitu hutan lindung (Taman Hutan Kota Langsa), hutan manggrove, kebun villa indah, kolam berenang water park dan kolam berenang virta tirta raya.

Gerbang Taman Hutan Lindung Kota Langsa

Di antara banyaknya tempat wisata di kota kecil ini salah satu destinasi wisata yang paling tervaforit dan paling ramai pengunjungnya adalah hutan lindung atau yang lebih dikenal dengan Taman Hutan Kota Langsa.

Mengingat fungsi hutan yang sangat penting bagi sebuah wilayah, hutan lindung tidak luput dari perhatian masyarakat, mulai dari masyarakat yang berada di pedalaman maupun yang berada di kota nya sendiri. Mereka beramai–ramai mengunjungi hutan lindung hanya untuk bersenang-senang atau hanya sekadar berfoto ria.

Salah satu pengurus hutan lindung  yang akrab disapa bang Dedy mengatakan “Jika hutan lindung selalu ramai akan pengunjung, terutama pada event–event tertentu seperti hari raya Idul Fitri, hari raya Idul Adha, tahun baru bahkan hari weekend yaitu sabtu dan minggu.

Tidak hanya hari libur tetapi hari biasa juga tak lepas dari perhatian para pengunjung, mereka rela menghabiskan banyak uang hanya untuk sekadar menikmati fasilitas yang disediakan di hutan lindung seperti ATV, perahu bebek, flying fox dan tidak lupa pula memberi makan hewan yang ada di sana seperti rusa dan lain sebagainya.

Namun pada tahun 2020 hutan lindung sempat sepi akan pengunjung. Pada Maret 2020 hutan lindung sempat ditutup untuk sementara waktu akibat wabah Covid–19 yang terus meluas hingga ke wilayah Aceh.

Wabah ini juga sangat meresahkan bagi masyarakat yang bermata pencariannya sebagai pedagang. Covid–19 ini juga sangat berdampak kepada para pedagang di sekitaran hutan lindung Kota Langsa. Banyak pedagang yang berhenti berjualan akibat sepinya pengunjung hutan lindung.

Salah satu pedagang yang terkena dampak wabah Covid–19 adalah kak Nola, beliau berdagang mie Aceh di sekitar hutan lindung. Dari hasil wawancara yang penulis catat beliau sempat kewalahan melayani pelanggan karena ramainya pengunjung, akan tetapi setelah Covid–19 meluas beliau harus berhenti berjualan karena tidak sanggup menutupi harga sewa lapak yang dibanderol dengan harga 8 juta rupiah pertahunnya akibat dari sedikitnya pemasukan sehingga membuat modal beliau harus terpakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Walaupun sekarang wabah Covid–19 mulai mereda tetapi para pedagang masih berusaha mengumpulkan modal mereka kembali agar bisa membuka usaha seperti sebelum terpapar wabah Covid–19. Biasanya pada hari–hari kerja beliau bisa menghasilkan uang sekitar 800 hingga 1 juta rupiah perharinya, tetapi pada hari weekend dan event–event tertentu beliau bisa menghasilkan uang mulai dari 2 juta hingga 3 juta rupiah perharinya.

Sempat mengalami keterpurukan akibat wabah covid–19, kini hutan lindung kembali bangkit dengan sejuta keindahan cagar alam yang terhampar di lahan yang luasnya kurang lebih 15 hektar yang di dalamnya terdapat 500 lebih batang pohon mulai dari damar, meranti, mahoni dan lain sebagainya, serta puluhan flora dan fauna.

Para pengunjung juga kembali dapat menikmati beragam wahana seperti arena skateboard, wahana panjat tebing, serta rumah adat Aceh juga dapat dijadikan sebagai tempat berfoto bersama teman maupun keluarga. Tidak lupa pula hutan lindung Kota Langsa sudah memperbarui danau buatannya yang lebih luas untuk memanjakan para pengunjungnya menikmati pemandangan alam yang sangat menawan dan mengelilingi danau tersebut dengan menggunakan perahu bebek yang disediakan pihak hutan lindung.

Pengunjung dapat menikmati keindahan hutan lindung sepuasnya hanya dengan membayar tiket yang murah dengan harga terjangkau yaitu 5000 rupiah per orangnya pada hari kerja dan 10.000 rupiah pada hari weekend dan event tertentu.

Pertengahan 2020 Walikota Langsa Papak Usman Abdullah atau yang akrab disapa Toke Su–um telah memperluas jalan raya untuk mempermudah akses wisatawan berkunjung ke hutan lindung dan juga pihak hutan lindung telah membuka pintu utama yang lebih besar dari pintu utama sebelumnya, tepatnya di jalan PTP Kota Langsa yang tidak jauh dari Rumah Sakit umum Cut Mutia Kota Langsa.

Dengan kawasan parkir yang luas dan penjagaan yang ketat oleh para petugas hutan lindung di area parkir maka pemilik kendaraan roda 2 maupun roda 4 tidak perlu khawatir akan kejahatan.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya