Mengapa Kurma Menjadi Makanan Berbuka Puasa di Bulan Ramadhan?

Buah kurma merupakan buah kesukaan Nabi dan juga penduduk Arab sendiri. Buah kurma memiliki sejuta manfaat, oleh sebab itu banyak orang menyukai buah kurma tersebut untuk dikonsumsi baik di bulan–bulan biasa maupun di bulan Ramadhan.

Kurma juga memiliki sejumlah nutrisi yang baik bagi kesehatan, khusus nya untuk mengganti nutrisi di tubuh kita yang hilang saat berpuasa di siang hari.

Sunnah yang dicontohkan Nabi untuk kita pada saat berbuka puasa sangat sederhana yaitu cukup 3 butir kurma dan segelas air putih. Hal itu sangat baik dilakukan agar perut kita yang kosong selama 12 jam tidak terkejut saat pertama memakan makanan.

Saat seseorang berpuasa, tubuh memproses zat gula yang tersimpan di sel-sel dalam tubuh di waktu siang, sehingga menjelang Magrib tubuh mengalami penurunan kadar gula dalam darah dari batas biasanya. Sebab penurunan gula tersebut kita biasa mengalami pusing dan kurang energi yang mengakibatkan tubuh lemah. Oleh sebab itu kurma menjadi sangat baik jika menjadi makanan pembuka saat berbuka puasa.

Kurma apa yang disukai Nabi ? Rasullulah Saw pertama kali menanam pohon kurma yang diberi nama kurma ajwa yang lokasinya berada di sebelah Masjid Quba, Madinah. Masjid Quba yaitu mesjid yang pertama dibangun oleh Nabi Muhammad Saw.

Nabi memiliki kebiasaan berbuka puasa dengan buah kurma ajwa.

Pohon kurma adalah pohon yang tumbuh di negara Timur Tengah yaitu tepatnya di jazirah Arab.

Pohon kurma diyakini berasal dari sekitar Teluk Persia dan telah dibudidayakan sejak zaman kuno di Mesopotamia di zaman prasejarah Mesir, kemungkinan pada awal tahun 4000 SM.

Dalam Shahih Bukhari, Rasulluah bersabda, “Barang siapa saja yang pada pagi hari memakan tujuh buah kurma aliyah, tidak akan terkena sihir pada hari itu”.

Rasulullah juga memiliki kebiasaan mengonsumsi buah kurma masak di pagi hari. Kurma masak memiliki nilai gizi yang sanggat tinggi dan bisa memperkuat liver, merileksasikan usus, menambah kesuburan dan juga bisa menyembuhkan infeksi radang.

Tujuh butir buah kurma sebanding dengan 70 gram unsur penting yang dibutuhkan tubuh, jumlah tersebut akan membantu membersihkan diri dari racun yang tersimpan di dalam tubuh dari sisa-sisa makanan yang kita makan. Apalagi di zaman sekarang banyak makanan yang kita konsumsi tidak sehat atau mengandung banyak micin yang mengakibatkan dampak negatif  bagi tubuh seperti sakit kepala dan dll.

Lalu, mengapa kurma menjadi pembuka puasa di bulan Ramadhan? Ya karena itu sangat dianjurkan oleh Rasul, karena buah kurma sudah dikenal oleh masyarakat akan khasiat dan manfaat bagi tubuh manusia.

Buah kurma yang dikonsumsi saat berbuka puasa bisa menjadi  nutrisi serat yang mudah dicerna oleh sistem pencernaan. Banyak manfaat yang diterima oleh tubuh jika kita mengkonsumsi buah kurma saat buka puasa sebab supaya kuat dan sehat apalagi sekarang bulan puasa yang  berdampingan dengan adanya wabah Covid 19.

Adanya wabah covid-19 pasti tubuh sangat membutuhkan vitamin dan asupan makanan yang baik untuk tubuh untuk memproteksi tubuh terhadap penyebaran virus melalui apapun baik dari udara atau dari bersentuhan.

Orang yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes dan lain-lain lebih mudah terkena wabah Covid-19. Oleh karna itu salah satu asupan yang baik selain madu dan jinten hitam (habbatussaudah) adalah buah kurma.

Kurma banyak memiliki manfaat bagi tubuh yang dapat menstabilkan gula dalam darah dan meningkatkan stamina apalagi di bulan Ramadhan yang berpapasan dengan paparan wabah Corona sekarang ini.

Kita tahu bahwa di Indonesia sendiri adalah mayoritas orang Muslim, pastinya apa yang diajarkan dalam Islam melalui Nabi kita yaitu Muhammad Saw, akan kita laksanakan baik itu dari segi ibadah, yaitu ibadah wajib, sunnah,dan lain-lain. Kita hanya mengharapkan ridha dari sang khalik yaitu Allah Swt. Nabi kita Muhammad selalu menganjurkan umat-Nya untuk gemar menyantap makanan yang sehat bagi tubuh, itulah kebiasaan Nabi yang patut kita contoh seperti buah kurma.

Di bulan Ramadhan menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat di Indonesia. Kita tahu bahwa buah kurma berasal dari negara Timur Tengah tetapi di saat bulan puasa tiba kita juga bisa menikmatinya, dan dapat menjalankan sunnah yang diajarkan Nabi yaitu berbuka dahulu dengan kurma.

Dengan berpuasa menjalankan ibadah kepada Allah dan juga mengikuti sunnah yang diajarkan Nabi kita dan menjadikan apa yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini menjadi pahala, salah satunya dengan berbuka dan sahur dengan dibarengi menyantap buah-buahan yang sehat bagi tubuh kita seperti kurma. 

Vitamin dan mineral yang terdapat dalam kurma yaitu seperti: polifenol yang tinggi. Polifenol adalah senyawa antioksidan yang bisa melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Kurma juga kaya akan serat, mendapat serat yang cukup sehari-hari penting bagi tubuh dan juga kesehatan kita.

Dalam 100 gram kurma terkandung 20 persen serat yang dibutuhkan tubuh setiap harinya. Zat-zat yang terkandung dalam buah kurma juga seperti kalori, lemak, karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin B-6, B12, zat besi, vitamin D, magnesium, potasium,dll. 

Kurma adalah buah-buahan yang sangat baik bagi tubuh kita. Kurma juga memiliki sejumlah nutrisi yang baik bagi kesehatan, khususnya untuk mengganti nutrisi di tubuh kita yang hilang saat beraktivitas.

Buah kurma merupakan buah kesukaan Nabi, dengan itu Nabi menyuruh umatnya memakan buah-buahan yang baik untuk tubuh seperti beliau praktikkan.

Buah kurma memiliki banyak vitamin dan serat yang baik bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi setiap hari dan juga dapat mencegah virus-virus yang masuk ke tubuh melalui udara atau lainya. Apalagi di Indonesia sekarang kita sedang mengalami kondisi yang tidak baik yaitu wabah virus Corona.

Oleh sebab itu tubuh kita harus memiliki banyak vitamin dalam tubuh untuk memroteksi tubuh kita dari virus yang ada yaitu dengan mengonsusmi makanan yang sehat dan buah–buahan yang banyak vitamin dan serat seperti kurma. 

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

Biografi Hamzah Fansuri

Hamzah Fansuri lahir sekitar pertengahan abad ke-15 pada periode akhir Samudra Pasai. Beliau mengenyam pendidikan pada Zawiyah Blang Pria. Kemudian hijrah ke Singkil dan mengajar pada lembaga pendidikan di sana. Tidak lama kemudian, melalui Barus, Hamzah Fansuri bertolak ke Timur Tengah untuk menuntut ilmu. Kembali ke Aceh, Hamzah Fansuri menetap di Fansur yakni Ujong Pancu, Peukan Bada, Aceh Besar.

Ragam Orientasi Bahasa Indonesia (Asal Usul Bahasa Persatuan)

Karya ilmiah Sutan Takdir Alisjahbana seperti Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat dari Segi Nilai-Nilai  telah menunjukkan tentang bagaimana bahasa Indonesia sangat mampu menjadi sarana penulisan ilmiah. Penulisan ilmiah yang membuktikan kompatibilitas tinggi bahasa Indonesia sebagai sarana penulisan ilmiah selanjutnya juga dapat dilihat dalam karya Ignas Kleden, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Tulisan ilmiah tentang agama juga ditulis oleh Sutan Takdir Alisjahbana yakni Pemikiran Islam dalam Menghadapi Globalisasi dan Masa Depan Umat Manusia. Karena memang bahasa Indonesia yang dulunya dalam format bahasa Melayu telah digunakan oleh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al-Sumatrani, Abdurrauf Al-Singkili, dan lainnya, telah sangat baik menjadi sarana komunikasi literatur agama.

Penyebaran Modern Bahasa Melayu Pasai (Asal Usul Bahasa Persatuan)

Bahasa Melayu Pasai yang telah luas penyebarannya telah menjadi sarana komunikasi efektif dalam menyatukan masyarakat Nusantara. Penguasaan bahasa Melayu Pasai yang sangat luas juga menyebabkan terjadinya penyerapan berbagai kosakata lokal masing-masing. Sehingga membuat bahasa Melayu Pasai itu terus mengalami penyempurnaan sebagai bahasa persatuan.

Transformasi Bahasa Melayu Pasai (Asal Usul Bahasa Persatuan)

Dalam pengantar karyanya Mir’at Al-Tullab Abdurrauf Al-Singkili menegaskan:

“Maka bahwasanya adalah Hadarat yang Mahamulia (Paduka Seri Sulthanah Taj Al-‘Alam Safiat Al-Din Syah) itu telah bersabda kepadaku daripada sangat lebai akan agama Rasulullah bahwa kukarang baginya sebuah kitab dengan bahasa Jawi yang dibangsakan kepada bahasa Pasai yang muhtaj (diperlukan) kepadanya orang yang menjabat qadi pada pekerjaan hukmi daripada segala hukum syara’ Allah yang mu’tamad pada segala ulama yang dibangsakan kepada Imam Syafi’i radhuallahu ‘anhu”  :