Abu Usman Teuga

Setelah selesai shalat magrib berjamaah. Pak Zarkasyi, salah seorang jamaah di bale Darut Thalibin, beliau juga tetangga Abu Usman. Pak Zarkasyi bercerita kepadaku tentang sosok Abu Usman. Beliau berkisah;

“Dulu pernah sekali waktu, sapi peliharaan Abu masuk ke pekarangan rumah. Kami lupa menutup pintu gerbang. Sapi itu merumput di pekarangan dan merusak salah satu pagar kecil tanaman di halaman rumah. Beberapa saat kemudian saya hendak ke luar dan saya melihat Abu sedang menarik keluar sapi tersebut dari pekarangan, di tangan beliau ada sekop, gergaji, palu, dan se plastik paku. Melihat itu saya pun melirik ke pagar tanaman yang kini telah rusak. Setelah menarik sapi itu keluar, Abu pun masuk dan hendak memperbaiki pagar tanaman yang dirusak oleh sapi tadinya. Melihat pemandangan seperti itu saya pun menghampiri dan sigap berkata “hanapu abu, bah inan mantong, eunteuk bak lon yang pegot. Hanapu abu”. (Nggak usah Abu, biarkan saya saja yang memperbaikinya).

“Saya kan merasa tidak enak melihat seorang ulama memperbaiki pagar di halaman rumah. Apalagi itu kan salah kami sendiri karena lalai menutup pintu gerbang sehingga sapi pun masuk ke pekarangan”. Sela pak Zarkasyi di tengah-tengah keseriusan ceritanya.

Pak Zarkasyi kini melanjutkan ceritanya ;

“Setelah saya menyampaikan keberatan , Abu menjawab “Hana pu pu, nyoe kon buet leumo nyan bunoe” (tidak apa-apa, ini kan ulah sapi saya tadi), jawab Abu singkat. Rasa tidak enak terus menyelimuti batin saya, tapi saya juga memahami bahwa Abu sedang melaksanakan tanggungjawab selaku pemilik ternak tersebut. Saya baru sadar, rupanya tadi sekop yang dibawa beliau ialah untuk membuang kotoran sapi di pekarangan rumah”.

Saya kini menatap wajah serius pak Zarkasyi, beliau kini diam dan seakan-akan sedang merenung. Pandangan matanya kini menerawang langit-langit di mushala kami. Sejenak hening, kini sebuah kalimat pun keluar dari lisan beliau “itulah sebenar ulama. Beliau berdakwah langsung dengan perbuatannya. Melalui perbuatannya beliau mendidik kita tentang bagaimana seharusnya kita bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang berada di bawah kepemilikan kita”.

Itulah pelajaran berharga bagi saya malam itu dari pak Zarkasyi tentang salah satu sosok ulama di Aceh Barat, masyarakat sering memanggil beliau dengan sebutan Abu Suman. Ada juga sebagian masyarakat yang mengenal beliau dengan sebutan Abu Usman Teuga atau Abu Suman Gunong Meuh (merujuk kepada dayah beliau yang berlokasi di desa Gunong Meuh).

Abu Usman Teuga atau Abu Suman adalah salah satu ulama sufi di Aceh Barat. Hari ini Sabtu 29 Mei 2021, beliau telah dipanggil oleh kekasihnya, oleh Tuhannya. Beliau telah dipanggi ke hadirat Sang Maha Sempurna.

Abu, engkau senantiasa hidup di hati kami. Perjuangan dan contoh teladanmu adalah contoh bagi kami Doa kami “kebahagiaan menyertaimu”.

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya