Tanpa Sepak Bola, Indonesia Suram (5)

Timnas Indonesia mengakhiri perjalanan di turnamen AFF 2020 dengan kepala tegak. Tidak terlihat tangis atau wajah kuyu dari para pemain. Mereka bangga. Kita, yang menonton, juga puas. Hasil final leg-2 ini sekaligus mengkonfirmasi kalau Timnas Indonesia di bawah rezim Shin Tae-yong memiliki masa depan.

Mereka tampil tanpa rasa takut, terutama pada babak pertama. Malahan tim Thailand seperti melihat tim berbeda pada perjumpaan kedua ini. Thailand kewalahan ketika mereka terus ditekan, kehilangan bola, kalah dalam duel satu lawan satu, dan kecolongan gol dari tendangan deras Kambuaya.

Tidak hanya di lapangan, suasana kebatinan pada masing-masing bench terlihat berbeda. Shin Tae-yong tampak lebih tenang. Wajahnya hampir tanpa emosi, kecuali ketika Witan disikut oleh pemain Thailand. Dia sempat melakukan protes kecil kepada wasit keempat. Selebihnya, Shin cuma melihat dengan saksama anak asuhnya bermain seperti sedia kala: berlari tanpa henti, merebut bola di kaki lawan, body charge tanpa rasa takut, dan terus menekan lini pertahanan Thailand.

Sebaliknya, di kubu Thailand, Alexander Polking, terlihat semakin panik. Sepertinya, dia kehilangan kemampuan taktikalnya ketika melihat pemain-pemain Indonesia bermain Tringginas. Apalagi ketika melihat Chapnatip, yang disebut oleh media sebagai Messinya Thailand, hampir tidak mampu mendekati kotak penalti Indonesia. Satu pemandangan yang barangkali terlewat adalah ekspresi kekhawatiran Madam Pang, manajer Timnas Thailand. Serangan demi serangan Indonesia dirasa olehnya seperti akan mengubur mimpi negaranya membawa pulang kembali piala turnamen yang sudah di depan mata.

Babak kedua hasil sedikit berbeda. Thailand mengubah skema permainan dengan menahan bola lebih lama sehingga tekanan Indonesia seperti di babak pertama tidak terlihat lagi, terutama pada lima belas menit pertama di babak kedua. Hasilnya: mereka mencetak dua gol. Berbalik unggul.

Namun, tim Indonesia adalah bukan kesebelasan yang kebingungan dan jatuh mental seperti pada leg-1. Tertinggal oleh Thailand membuat mereka kembali menekan tombol turbo. Kembali menyerang tanpa ampun. Seperti semangat di babak pertama. Tidak tampak air muka kelelahan atau panik. Bahkan Asnawi, pemain yang sepanjang dua laga final terus mendapat sorakan yang sepertinya dari penonton tuan rumah, tidak pernah berhenti berkelahi. Padahal, gol kedua Thailand sempat menyentuh kakinya sebelum berbelok ke gawang Nadeo. Akan tetapi hal tersebut tidaklah membuatnya kehilangan minat pada pertandingan.

Apa yang ditampilkan oleh para pemain Timnas Indonesia di AFF ini mengembirakan. Tidak lagi kita baca di lini masa media sosial para netizen bermuram durja, atau melemparkan kejengkelannya karena timnas selalu gagal. Bahkan, tidak lama lagi, kita akan melihat banyaknya konten di Youtube, Instagram, dan Tik Tok kegembiraan penggemar sepak bola Indonesia. Mereka akan menampilkan kebahagiaan — seperti yang ditampilkan oleh Asnawi dan para penggawa lainnya di lapangan — dengan teriakan gembira ketika Kambuaya dan Egy Maulana mencetak gol ke gawang Thailand.

Capaian Timnas Indonesia pada gelaran AFF 2020 membangun rasa percaya diri kita semua bahwa tim ini berproses dengan baik. Oleh karenanya, kita memiliki rasa optimis bahwa di tahun ini, kita akan melihat Indonesia menjadi pemuncak pertama pada turnamen yang akan datang. Terima kasih Timnas Indonesia.

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya