Perekonomian Petani Karet di Tengah Pandemi Covid-19

Indonesia merupakan negara agraris, artinya pertanian memegang peran penting dalam perekonomian Nasional. Tidak heran jika sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai seorang petani.

Begitu juga yang terdapat di Aceh Tamiang tepatnya di Kecamatan Rantau, Desa Suka Mulia yang merupakan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai seorang petani.

Daerah tersebut memiliki hasil bumi yang melimpah di bidang pertanian seperti karet, kelapa sawit, sayur-sayuran, dan juga buah-buahan seperti durian dan juga rambutan. Akan tetapi mayoritas masyarakat bermata pencarian pokok sebagai petani karet.

Salah satunya adalah Ibu Titi, beliau merupakan salah satu Petani Karet .Beliau sudah 25 tahun bersama suaminya yang bernama Bapak Suriadi bekerja sebagai seorang  Petani Karet. Beliau mengatakan bahwa karet merupakan mata pencaharian utama baginya, sehingga kebutuhannya sangat bergantung terhadap banyak sedikitnya getah karet yang didapatnya.  

Tanaman Karet merupakan tanaman tropis, sehingga sangat cocok untuk ditanam. Terlebih lagi tanaman itu juga merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun.

Tanaman karet dapat disadap jika sudah berumur 5 tahun. Tinggi tanaman ini bisa mencapai 15-25 meter. Pohon karet menghasilkan getah yang dikenal  dengan nama lateks. Lateks ini diperoleh dengan melukai kulit batang pohon karet dengan menggunakan pisau khusus sehingga keluar cairan kental yang kemudian ditampung.

Menurut  Ibu Titi, kondisi cuaca sekarang ini membuat pendapatan hasil dari panen karet mengalami perubahan. Pada saat musim gugur (atau disebut “trek” oleh warga setempat) di mana getah karet sangat sulit mengalir dari batangnya dan juga membuat getah lebih cepat berhenti dibandingkan pada saat musim hujan . Biasanya terjadi pada bulan januari sampai dengan Juni. Kondisi ini membuat Ibu Titi dan Suaminya berinisiatif untuk pergi menyadap karet jam 6 pagi ketika matahari belum tampak terbit sepenuhnya sehingga getah yang dihasilkan belum terpapar panasnya sinar matahari.

Pada bulan Juli sampai Desember mulai masuk musim penghujan yang membuat petani kewalahan, walaupun hasil karet mulai stabil tetapi cuaca ekstrem juga tidak menguntungkan bagi para petani dikarenakan mereka tidak bisa menebak kapan hujan akan turun. Terkadang pada saat sedang menyadap karet tiba-tiba hujan turun dan membuat petani harus segera membuat larutan pupuk yang dicampur air untuk diberikan pada getah yang sudah ditampung dalam wadah, supaya getah tersebut cepat mengeras dan tidak hancur saat terkena air hujan.

Panen getah karet dilakukan seminggu sekali dengan mengutip getah karet dari satu pohon ke pohon lainnya. Setelah getah terkumpul maka disatukan dalam satu ember besar kemudian dijual ke pengepul.

Ibu Titi mengatakan, “pemanenan getah karet dilakukan seminggu sekali pada hari Rabu atau Kamis dikarenakan agen (tempat penjualan hasil getah karet) hanya ada pada hari tersebut”.

Akan tetapi semenjak wabah virus Covid-19 ini, yang membuat sebagian negara memberlakukan lock down demi memutuskan penyebaran virus Covid-19 telah berdampak terhadap perekonomian terutama para petani karet.

“Harga karet  mengalami penurunan dari  8.000 /kg menjadi 4000/kg yang membuat petani sangatlah rugi,” kata Ibu Titi sambil berharap jika nantinya harga getah karet tersebut kembali normal. 

Para petani karet mencari jalan keluar dengan menjual karetnya dalam waktu lebih lama, karena semakin lama pengutipan getah karet maka harga karet  yang dijual ke pengepul semakin mahal karena getah karet sudah menjadi sangat keras dan bagus untuk proses produksi yaitu kisaran Rp.7.000/kg.

Cara merawat atau pun mempertahankan agar getah karet tetap stabil maka para petani karet melakukan pemupukan pada pohon karet agar pohon karet tumbuh subur dan menghasilkan banyak getah. Tidak hanya itu petani karet juga harus berhati-hati saat melakukan penyadapan getah agar tidak mengenai batang atau yang sering disebut tulang pada pohon karet yang bertujuan supaya menjaga pohon karet tersebut dari kerusakan dan kualitas getah yang dihasilkan. 

Dengan banyaknya kekayaan alam di Aceh Tamiang tepatnya di Desa Sukamulia pada sektor pertanian maka akan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Hal ini dapat terwujud apabila harga karet stabil sehingga mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan tercapainya pemerataan pembangunan multisektoral.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya