Gayo Lues merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Aceh Tenggara. Kesenian Gayo Lues sangat beragam seperti tari saman dan bines.
Saman berasal dari tanah Gayo yang populer hingga ke mancanegara ternyata memiliki banyak varian dalam bentuk penyajiannya. Budaya ini memiliki kandungan nilai-nilai di dalamnya.
Tari saman merupakan tari tradisional masyarakat Gayo atau suku Gayo yang mendiami Kabupaten Gayo Lues.
Berdasarkan penuturan dari berbagai kalangan masyarakat Gayo Lues, asal kata saman berasal dari bahasa Arab artinya delapan atau seperdelapan.
Gerakan Saman awalnya dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo, Aceh Tenggara. Menurut cerita yang saya dapat dari informan, Syekh Saman awalnya melihat suatu kesenian tradisi masyarakat Gayo yang disebut pok-pok ane. Pok-pok ane yang merupakan suatu kesenian tradisi masyarakat Gayo Lues dengan menepukkan tangan ke dada sambil bernyayi riang serta melantunkan syair atau pun kata-kata seperti pantun.
Ketika melihat kesenian ini, Syehk Saman tertarik dan memberikan nama kesenian ini dengan Tari Saman.
Saat ini pemuda di Kabupaten Gayo Lues setiap tahunnya melakukan tradisi bejamu Saman. Ritual ini dilakukan turun temurun oleh masyarakat suku Gayo dengan tujuan mendapatkan serinen (sahabat) yang dilakukan antar desa dan sebagai ajang silaturahmi untuk mengakrabkan persaudaraan antar desa.
Bejamu Saman menjadi simbol kerukunan di masyarakat Gayo. Pasalnya Bejamu Saman mempertemukan seluruh pemuda desa dengan desa lain hinga menjadi serinen (sahabat) yang akan menjadi simbol persaudaraan abadi yang menular kesanak keluarganya kelak.
Tari Bines adalah tari tradisi yang berasal dari Gayo yang dimainkan oleh seberu (anak gadis). Tarian ini merupakan tari kerkelompok dan tidak bisa dimainkan oleh satu atau dua orang saja. Pemain tarian ini mengenakan pakaian adat yang disebut dengan upuh (kain) kerawang yang terdiri dari baju dan rok yang dalam istilah Gayo di sebut pawak.
Tari Bines lahir sebagai “belahan jiwa” Tari Saman. Dahulu setiap jalu (pertandingan) Saman, Tari Bines ditampilkan pada jeda penampilan satu grup Saman dengan grup lainnya.
Sejak dahulu sampai sekarang Tari Bines ini sering ditarikan oleh perempuan dan diawali dengan lantunan syair yang di nyayikan beralun dan dinyayikan lebih dahulu oleh seorang dari penari yang terdepan.
Syair awal pada setiap unit gerakan tersebut disebut reude dan kemudian dinyayikan oleh penari lainnya secara serempak atau di sebut saur dalam gerakan berdiri, berlingkar , berbaris hingga bersaf.
Umumnya tarian ini ditampilkan oleh satu grup tari berjumlah 12 orang perempuan atau lebih.
Gerak Tari Bines adalah surang saring yang berarti selang seling. Rempak adalah gerakan satu arah dan sama, alih adalah gerakan perubahan (alih tanggan) dari bertepuk ke gerakan tangan yang lain seperti gerakan mengayun tangan dan langkah yang sama dalam gerakan Tarian Bines tersebut.
Seluruh penari membentuk formasi yang ditentukan. Biasanya formasi awal yang digunakan adalah formasi huruf U dan formasi angka 11. Setelah formasi terbentuk, seluruh penari meneriakkan “eheee huuuu” yang bermakna ungkapan rasa gembira yang biasa diungkapkan oleh kaum perempuan.
Tari Saman dan Bines merupakan tarian tradisional di Gayo Lues yang sampai saat ini terkenal ke mancanegara dan tidak bisa terpisahkan dari kebudayaan Gayo.
Editor: Khairil Miswar