Warna–Warni di Tengah Pandemi

Aksi corat – coret dinding atau yang di sebut vandalisme yang sering dilakukan oleh anak–anak muda membuat warga dan aparat resah. Tak jarang mereka mecoret tembok yang ada di tepi jalan bahkan rumah warga dengan coretan yang mereka suka. Tidak jarang juga coretan tersebut mengandung gambar–gambar yang tidak senonoh dan sering juga kita temui kata–kata yang tidak pantas.

Arti Vandalisme (Vandalism) menurut KBBI sendiri adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya).

Istilah vandal merujuk pada suatu sikap kebiasaan yang berasal dari nama bangsa Vandal, pada zaman Romawi kuno, yang merusak kota Roma secara biadab pada tahun 455. Pada abad pencerahan, Roma diidolakan, sementara bangsa Goth dan Vandal dipersalahkan karena menghancurkan kota kuno yang indah tersebut.

Sebenarnya bangsa Vandal tidaklah merusak lebih banyak dibandingkan para penyerbu kota itu di masa lalu, tetapi nama bangsa itu mengilhami penyair Britania Raya, Jhon Dryden pada 1694 menulis bahwa bangsa Goth dan Vandal adalah bangsa Utara yang kasar, merusak banyak sekali monumen.

Memang bangsa Vandal sengaja merusak banyak patung, sehingga namanya dikaitkan dengan perusakan benda seni.

Istilah Vandalisme diutarakan pertama kali pada tahun 1794 oleh Henry Gregoire, Uskup Blois, untuk menyebut perusakan karya seni pada waktu revolusi Prancis.

Istilah itu segera dipakai diseluruh Eropa. Penggunaan baru ini berperan dalam memberi kesan pada zaman modern bahwa bangsa Vandal pada zaman kuno merupakan bangsa barbar atau tidak beradab yang suka merusak.

Namun demikian, tidak selamanya corat–coret dinding ini merusak pandangan. Jika dikerjakan dengan terkonsep dan professional, maka hasilnya malah menjadi karya seni dan saluran ekspresi yang indah dan enak dipandang. Hal inilah yang dilakukan oleh komunitas millennial, pemuda dan warga yang ada di Gang Ismail, Kelurahan Pelawi Utara. Kecamatan Babalan, Pangkalan Brandan.

Mereka melihat di masa pandemi sekarang, banyak orang membatasi kegiatan bahkan tidak sedikit pula yang kehilangan pekerjaan. Dari keprihatinan ini, membuat beberapa millennial yang ada di kota Pangkalan Brandan, tepatnya di Kelurahan Pelawi tergerak untuk membuat kegiatan yang positif dan juga memberikan pemasukan bagi beberapa warga yang ada di daerah tersebut.

Dengan skill yang mereka punya, para anak muda ini mengajak warga dan beberapa anak muda lainnya untuk mencoret–coret dinding beberapa ruko yang berlokasi di Gang Ismail Kelurahan Pelawi Utara Kecamatan Babalan.

Coret–coret yang dimaksud di sini ialah mewarnai Gang Ismail agar menjadi lebih indah dan enak dipandang. Tentu kegiatan ini mendapat apresiasi dari pemuda dan warga setempat dan tentunya sudah mendapatkan izin dan pihak kelurahan dan juga pemilik bangungan ruko yang ingin dilukis dan diwarnai.

Para pemuda dan warga membuat gambar di samping dinding ruko yang ada di Gang Ismail, Kecamatan Babalan, Senin (22/03). Mereka membeli cat tembok warna–warni, beberapa kuas dan kabel untuk penerangan di malam hari dan peralatan lainnya. mereka juga memanfaatkan beberapa botol minuman daur ulang untuk bahan tambahannya. Biaya untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan mereka dapatkan dari MD florist dan beberapa donatur yang bersimpati.

“Kegiatan ini semata–mata untuk membuat pemuda dan dan warga sekitar Gang Ismail memiliki kegiatan positif dan Abang juga mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan cat,” kata Bang Menday selaku ketua dan pemilik MD enterprise.

Aksi para pemuda tersebut yang tergabung dalam komunitas PERMATA atau yang disebut Perkumpulan Muda–Mudi Teluk Aru yang diketuai oleh Bang Menday mendapat perhatian dari warga yang melintas dan juga menarik perhatian para anak muda yang ada di media sosial. Karena hasil dari mewarnai dan lukisan dinding ini terlihat indah, tidak sedikit juga warga dan para anak muda di daerah lain ingin berfoto–foto.

Para pemuda dan warga melukis dan mewarnai dinding ruko setinggi 3 meter dari dasar bangunan dan panjangnya sekitar 30 meter. Setiap 5 meter, mereka mewarnai dinding dengan warna yang berbeda–beda, hal ini dilakukan agar terkesan tidak monoton.

Pertama, dinding dibersihkan dahulu sebelum diwarnai. Setelah itu dinding yang polos tadi dicat dan di warnai. Setelah dinding diwarnai, dibiarkan beberapa menit sampai dinding mengering. Setelah cat mengering, barulah mereka mulai melukis dinding tersebut.

Para pemuda dan warga sesekali melihat gambar–gambar yang ada di internet untuk mencontek motif tulisan dan gambar  untuk menjadi bahan inspirasi. Gambar yang ingin mereka lukis seperti gambar mural, jaring laba–laba, balon, beberapa daun, dan lambang–lambang zodiak. 

Tidak hanya mewarnai Gang Ismail, para pemuda dan warga juga membuat gapura baru yang sebelumnya gapura di Gang Ismail sudah lama tidak dicat dan direhab. Mereka memanfaatkan kayu dan bambu untuk tiang dan peletakan huruf.

Untuk namanya Gang Ismail sendiri mereka menggunakan spanduk yang telah mereka tempah sebelumnya.

Target penyelesaian kegiatan ini diperkirakan selama seminggu. Jika mereka berhasil dan digemari masyarakat luas dengan membuat kegiatan ini, maka para millennial tadi akan melakukan kegiatan ini di gang lainnya.

Di bulan Ramadhan, para mellenial ini akan menyediakan beberapa tempat untuk berbuka puasa bersama (bukber) dan ini semua bisa digunakan oleh siapa saja dengan gratis tetapi makanan untuk berbuka dibawa masing-masing bagi siapa yang ingin menggunakan tempat tersebut.

“Untuk ke depannya, mungkin tidak hanya kegiatan mewarnai yang kita buat, tapi dengan mengadakan pertandingan, kegiatan amal dan berbagi, kami juga siap menampung aspirasi masyarakat jika mereka memiliki ide yang mantap,” kata bang Menday .

Mereka berharap dengan kegiatan ini, para pemuda dan warga di situ terhibur dengan apa yang mereka lakukan dan berikan, dan para millennial ini juga berharap kepada pemuda yang ada di kota Pangkalan Brandan khususnya untuk lebih peduli dengan lingkungan sekitar.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

Teuku Muhammad Hasan

Mr. Teuku Muhammad Hasan dikenang sebagai pelopor dan pejuang pendidikan yang berjasa besar dalam meningkatkan akses pendidikan serta memberdayakan masyarakat, khususnya di Aceh. Perjuangannya mencerminkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Sultan Terakhir: Semangat Jihad dalam Perang Aceh

Perang Aceh adalah perlawanan sengit antara Kesultanan Aceh Darussalam dan kolonial Belanda, yang dimulai ketika Aceh menolak kekuasaan Belanda di Sumatera. Dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Panglima Polem dan Teuku Umar, perlawanan rakyat Aceh meluas, didorong oleh seruan jihad dari para ulama. Teuku Umar, dengan kecerdikan strategi, berhasil menipu Belanda, memperoleh senjata, dan memimpin serangan balik. Namun, penjajah Belanda akhirnya memaksa Sultan Muhammad Daud menyerah. Meskipun Teuku Umar gugur, semangat perjuangan terus hidup lewat seruan dari dayah-dayah. Ulama memiliki peran penting dalam menginspirasi perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Kenapa Iskandar Tsani Takut dengan Tasawuf Falsafi

Sejarah kesultanan-kesultanan menunjukkan, ketidakstabilan politik tidak mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan. Misalnya pada kesultanan Peureulak, perkembangan ilmu pengetahuan di Zawiyah Cot Kala terjadi pada masa ketegangan antara Dinasti Meurah dan Dinasti Aziziyah. Demikian juga pada masa ketika Maharaja Bakoy berdinamika dengan Syarif Makkah, ilmu pengetahuan di Zawiyah Blang Peuria mengalami pertumbuhan pesat.

Kosmopolitanisme Kesultanan Aceh Darussalam

Dalam kondisi seperti itu, masyarakat memanfaatkannya dengan memperkaya komoditas untuk dapat terlibat dalam sistem perekonomian. Masyarakat pinggir kota fokus menanam padi dan biji-bijian lainnya. Sambil itu, mereka memelihara unggas. Semua itu sangat dibutuhkan pasar…

Kitab Masailai

Kitab Masailal Muhtadi atau yang dikenal sebagai Kitab Masailai menjadi rujukan dasar bagi para santri, menunjukkan kebutuhan akan kedalaman ilmu dalam penyampaian agama dengan cara yang dapat dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.