Sebuah laporan menyebutkan bahwa sembilan juta rumah di pedesaan Jepang diambil alih pemerintah karena tidak ada yang menghuni dan tidak ada pewarisnya. Anak muda lebih suka ke kota karena di sanalah pekerjaan dengan mudah didapatkan. Jumlah kelahiran di Jepang menjadi sangat minum. Sangat jauh tertinggal dari jumlah kematian. Dari segi usia, populasi usia lanjut yang telah tidak lagi produktif, jauh lebih banyak daripada usia menuju produktif.
Masyarakat Jepang yang punya etos kerja tinggi telah disibukkan dengan pekerjaan, sehingga tidak punya waktu untuk merencanakan keturunan. Bahkan untuk berpasangan juga sudah nyaris tidak ada waktu. Orang Jepang yang punya perencanaan hidup yang sistematis dan punya pertimbangan matang, jika memilih untuk berkeluarga dan merencanakan keturunan. Ini beda dengan sebagian orang kita: asal batin siap, langsung tancap gas.
Masalah yang dihadapi Jepang relatif sama dengan Jerman, Perancis, dan negara negara maju lainnya. Mereka memilih fokus karir daripada merencanakan keluarga. Bahkan Cina yang berapa dekade lalu gencar melakukan kampanye keluarga berencana, mulai memikirkan tentang angka kelahiran yang banyak menurun. Jerman, Prancis, dan beberapa negara Barat lainnya, lebih beruntung karena masih dapat mengatasi masalah jumlah populasi usia produktif dengan banyaknya jumlah imigran.
Berbeda dengan negara-negara maju yang punya kalkulasi detail (termasuk kalkulasi ekonomi), jika hendak merencanakan keturunan, sebagian orang kita masih yakin, banyak anak banyak rejeki. Bahkan sebagian orang di desa-desa masih memprioritaskan anak untuk tenaga kerja gratis: memotong umpan lembu, menjaga pipit di sawah, membantu orang tua di bengkel, dan lainnya.
Sementara orang di negara maju, berpikir puluhan kali untuk memutuskan berkeluarga dan berketurunan. Tidak seperti kita yang maksud punya anak antara lain, ada yang mengasuh kalau kita tua nanti. Di negara maju, semuanya ditangani negara dengan tuntas. Tidak hanya mengurus manula, bahkan untuk urusan sederhana seperti anak kucing tersangkut di pohon saja, 911 tiba dalam hitungan menit.
Apalagi kalau perspektif agama: anak diyakini dapat membantu orang tua yang sedang disiksa di alam kubur. Teman saya yang liberal mengomentari masalah ini. Katanya kalau mau enak di kuburan, kenapa tidak berbuat baik saja saat hidup di dunia.
Manusia menjadi super sibuk adalah karena kapitalisme. Dalam sistem kapital, nyaris tidak ada waktu untuk diri sendiri. Apalagi untuk merawat anak. Dalam paradigma masyarakat kapital, sibuk dianggap keren. Bahkan banyak orang lupa membedakan antara kerja cerdas dan efektif dengan asal sibuk.
Apa yang menjadi budaya pada negara-negara maju adalah hasil dari sistem kapitalisme. Dalam sistem ini, pengobat lelah bukan cinta, melainkan belanja. Motivasi bekerja bukan cinta, melainkan pergi liburan.
Dalam sistem kapital, konsentrasi aktivitas manusia adalah di kota-kota. Desa semakin ditinggalkan karena warga kehilangan peluang usaha. Urbanisasi adalah efek kapitalisme. Hal ini dialami banyak negara maju dan menimbulkan banyak efek seperti yang terjadi di Jepang.
Kapitalisme juga bertanggungjawab atas terjadinya penurunan populasi di negara-negara maju. Namun pandangan seimbang juga perlu diajukan agar terjadinya proporsionalitas penilaian. Martin Wolf telah menunjukkan banyak argumentasi bahwa kapitalisme adalah satu sistem yang terbukti berhasil memberikan kesejahteraan yang masif kepada masyarakat dunia. Dengan demikian, di samping banyak efek negatif yang diberikan, kapitalisme masih menjadi sebuah sistem yang perlu dipertimbangkan, sambil menunggu lahirnya format baru yang lebih baik dalam mewujudkan kemakmuran umat manusia di muka bumi.
Beruntung, negara kita tidak menganut kapitalisme. Pemerintah sangat peduli dengan masyarakat desa. Di kampung saya, sebuah telaga kecil yang dijadikan sumber air untuk sawah beberapa hektar saja, kini telah disulap menjadi waduk besar. Dibangun irigasi yang cantik dan panjang untuk pengairan sawah puluhan hektar hingga kecamatan tetangga.
Kebijakan memakmurkan masyarakat desa sangat penting untuk menumbuhkan ekonomi akar rumput. Karena dengan begitulah, pada masa krisis ekonomi global, kita masih memiliki ketahanan ekonomi yang lebih baik daripada negara-negara maju yang kapitalis itu.