Pada suatu sore, ada sebuah pertandingan sepak bola anak. Sebuah klub kekurangan pemain. Bocah Lionel meminta kepada neneknya untuk menawarkan dirinya ikut bermain. Nenek mengatakan kepada pelatih bahwa cucunya bisa berlari secepat peluru. Pelatih ragu. Umurnya hampir enam tahun. Tapi posturnya terlalu kecil. Bocah itu mengatakan dirinya bisa bermain di semua posisi. Dengan terpaksa pelatih mencobanya. Ternyata Dia langsung menggiring bola, tidak ada yang bisa mencegah, dan mencetak gol dengan mudah. Timnya menang besar.
Pelatih mengatakan untuk menghantar Messi ke lapangan setiap sore. Neneknya tentu sangat setuju. Nenek Messi sangat suka sepak bola. Nenek mengatakan suatu hari nanti Messi harus menjadi pemain sepak bola terbaik dunia. Semangat yang diberikan sang nenek membuat Messi semakin mencintai sepak bola. Hampir setiap saat dia bersama bola. Selalu mengolah kulit bundar itu. Di mana pun, dia hampir tidak pernah berjalan atau berlari tanpa menggiring bola. Kalau orang tua di kampung kita, sangat mewaspadai anaknya bermain sepak bola: takut cidera, takut lupa waktu, takut telat mandi, takut telat berangkat mengaji, takut kehilangan masa depan, dan seterusnya. Yang diinginkan hanya tidur siang. Sudah malam tidur, siang juga tidur. Mungkin sebab itulah seumur hidup kita menjadi rebahan society.
Di distriknya, setiap klub menginginkan Messi. Karena di tim mana dia bermain, akan menjadi juara. Pada suatu hari, ketika hendak ikut dalam sebuah pertandingan penting, Messi terjebak di kamar mandi rumahnya. Dia berteriak tetapi tidak ada orang. Messi terpaksa memecahkan kaca bagian atas kamar mandi dan melompat keluar. Saat Messi tiba, pertandingan tersisa dua puluh menit. Timnya sedang tertinggal dua gol. Messi masuk dan membuat keajaiban sehingga timnya memenangkan pertandingan. Masing-masing pemain mendapatkan hadiah sepeda. Messi sangat senang. Perjuangan Messi untuk tim patut diacungi jempol ke atas. Mungkin itulah yang membuatnya dapat menjadi pemain terkenal di seluruh dunia.
Saya sendiri waktu di pesantren juga pernah menjadi pemain penting untuk tim. Posisi penjaga gawang. Menjelang hari pertandingan, saya mengalami meriang dan terbaring lemas di atas ranjang asrama. Karena sakit, beberapa kali saya absen salat jamaah. Itu dapat dimaklumi penegak keamanan pondok. Menjelang pertandingan, sepertinya saya merasa sudah bugar. Tetapi merasa tidak enak langsung mengabarkan untuk bertanding. Saya memilih tetap berbaring dan tertidur. Babak pertama tim kebobolan dua gol. Manager tim menghampiri saya ke asrama. Dia berharap saya dapat bangun untuk menyelamatkan tim dari kekalahan. Saya merasa memang sudah sangat bugar. Tetapi menolak karena akan menghadirkan kemarahan pihak keamanan pondok. Sudah beberapa kali absen ke masjid kenapa waktu pertandingan sepakbola tiba-tiba bisa bermain? Pihak keamanan pasti murka. Tim saya kalah telak. Saya sangat bersedih. Kesetiaan saya untuk tim patut diacungi jempol ke bawah. Sebab itulah saya gagal menjadi pemain professional.
Messi, sebagaimana banyak pemain terkenal lainnya di Amerika latin, melatih kemampuan sepakbolanya di zona yang keras. Messi lebih parah lagi, ketika bermain untuk junior Newell’s Old Boys, dokter memvonis Messi menginap penyakit yang membuat badannya tidak akan tumbuh. Keluarga Messi harus bekerja keras mengobati penyakit itu. Dokter memberinya obat. Messi rela menyuntikkan cairan obat ke badannya setiap hari. Dia sangat menderita. Tetapi punya cita-cita besar menjadi pesepakbola profesional. Bila punya sebuah cita-cita yang jelas, kita harus siap menderita untuk meraihnya. Dukungan keluarga juga perlu. Messi selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya.
Bila dalam keluarga kita terjadi peristiwa semacam dialami Messi, kira-kita para anggota keluarga akan mengatakan ini: Sudahlah, terimalah takdir. Terimalah kenyataan. Setiap orang sudah diatur rejekinya. Speak bola tidak menjanjikan masa depan. Hanya membuang-buang waktu saja. Demikian seterusnya.
Kerja keras Messi yang mulai mengasah kemampuan bermain sepak bolanya di jalanan menunjukkan Messi bukanlah alien. Dia adalah manusia biasa yang punya potensi besar bermain sepak bola. Keajaiban utamanya adalah dukungan keluarga yang sangat tinggi. Dukungan keluarga atas bakat yang dimiliki itu membuat potensi meluber sederas-derasnya. Tanpa dukungan, potensi yang dikandung akan menguap dan menghilang seperti gas.
Krisis ekonomi melanda Argentina. Ayah Messi kehilangan pekerjaan. Pengobatan Messi terkendala. Ayahnya sadar itu adalah masalah yang sangat besar. Sayang sekali Newell’s Old Boys maupun River Plate tidak berani memberikan kontrak serius kepada Messi. Mereka tidak yakin anak yang mengalami dwarfisme dapat memberikan yang terbaik untuk tim.
Sang ayah berusaha keras mencari klub yang bersedia memberikan kontrak yang baik untuk Messi. Putranya butuh biaya untuk berobat. Sayangnya perjuangan itu tidak membuahkan hasil. Selama dua tahun mereka dalam masa sulit. Hingga pencari bakat dari klub Barcelona memboyong Messi ke Spanyol untuk uji coba pemain muda. Messi berhasil bermain dalam laga-laga junior Barcelona dalam La Masia. Namum manajemen masih ragu. Teman-temannya juga pesimis. Dia terlalu kecil untuk pemain rata-rata di Eropa dalam usia tiga belas tahun.
Messi harus menjawab keraguan itu dengan penampilan apik di lapangan. Dia berhasil. Penampilannya sangat cemerlang. Orang-orang mulai memberikan dia kepercayaan. Setiap keraguan memang harus dijawab dengan bukti yang dapat menyadarkan peragu.
Bagi kita, sebelum membuktikan sesuatu, harus terlebih dahulu dapat memastikan adakah yang harus dibuktikan, apa yang hendak dibuktikan, bagaimana membuktikannya, ekspektasi setelah itu terbuktikan. Itu semua harus lebih jelas terlebih dahulu. Karena untuk membuktikan sesuatu, kita harus melakukannya dengan segenap kedirian, mengerahkan seluruh kemampuan, mengaktualkan seluruh potensi, dan bekerja sekeras-kerasnya.
Kemudian Messi secara perlahan diterima tim. Tidak lama dia dipromosikan ke tim senior. Lalu dia memenangkan segalanya untuk Barcelona. Klub itu juga punya sumber daya menyembuhkan penyakit Messi. Teknologi Kesehatan sudah berkembang pesat. Sains gizi juga sangat membantu. Saya beri catatan, kalau kuliah kedokteran, ambil spesialis gizi. Itu akan menjadi peluang karier yang cemerlang.
Namun sayang, untuk negeranya, Messi belum mampu mempersembahkan Piala Dunia. Dia tampak kurang ambisius. Orang-orang membanding-bandingkan Diego Maradona dengan Messi. Saya melihat, skil olah bola yang belum selevel Maradona. Messi juga belum punya kedewasaan bermain secara kolektif seperti Maradona. Semangat juang Messi masih rendah. Akhir kata, tidak ada pemain sepakbola yang sesempurna Maradona.