Ramanujan

Ada lomba desain bangunan antara pekerja konstruksi dengan doktor teknik sipil. Orang-orang yang merasa pintar namun enggan menyelesaikan pendidikan formal, menganggap hal-hal yang bersifat sistematis dan akademis sebagai pekerjaan yang tidak berguna tentu akan menjadi pendukung pekerja konstruksi. Sementara mereka yang habis-habisan mengerahkan apa pun untuk menyelesaikan pendidikan formalnya tentu tidak yakin pekerja konstruksi akan berjaya.

Memang benar sangat banyak orang jenius di kampung kita. Jangan-jangan dia lebih pintar daripada Habibie dan Yohanes Surya. Tetapi apa jadinya? Dia harus menjadi orang biasa yang hidup seperti biasa dan mengerjakan hal-hal biasa. Segala bakat jeniusnya harus ditinggalkan begitu saja.

Ada Lintang dalam novel Laskar Pelangi yang memiliki kejeniusan luar biasa. Namun karena kondisi keluarga, dia terpaksa meninggalkan sekolah dan menjadi petani kopra. Ada juga juga Debut Awaluddin dalam novel Orang-orang Biasa yang memiliki kejeniusan luar biasa dalam matematika. Akhirnya dia hanya menjadi pedagang buku bekas di pasar Inpres.

India pernah punya orang jenius. Srinavasa Ramanujan namanya. Dia sangat jenius dalam matematika. Dia tinggal di sebuah desa wilayah Madras. Ramanujan hidup sebagai orang miskin dan harus bersusah payah mencari pekerjaan. Dari imajinasinya muncul berbagai rumus yang hadir secara intuitif. Dia pun menuliskan berbagai rumus yang terlalu sering hadir di kepalanya itu di lantai, buku-buku, dan kertas. Namun orang-orang di desanya yang menganggap Ramanujan sudah gila.

Ramanujan diterima sebagai pegawai akuntansi di sebuah sekolah. Ketika berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai staf akuntansi di sebuah sekolah, bakatnya diketahui seorang petinggi sekolah karena menemukan Ramanujan menyelesaikan berbagai rumus akuntansi dengan cara yang tidak biasa. Ramanujan membuat sendiri rumusnya dan hasilnya tidak meleset. Maka petinggi sekolah itu menyarankannya untuk mengkonformasikan kejeniusannya itu kepada para ilmuwan di Inggris. Ramanujan pun mengirimkan salah satu rumusnya tentang deret geometri tak terhingga kepada para jenius matematika Universitas Cambridge, Prof. Hardy.

Saat tiba di Cambridge, Ramanujan juga menyerahkan banyak rumus lainnya. Rumus itu mencengangkan Prof. Hardy dan koleganya. Namun rumus-rumus tersebut harus disusun secara lebih sederhana dan sistematis agar mudah dipahami secara objektif.

Hal ini membuat Ramanujan kesulitan. Di ruang kelas, bersama profesor matematika lainnya, Ramanujan selalu mampu menjawab soalan-soalan matematika yang sulit. Namun dengan cara kerja yang berbeda. Ramanujan pun diingatkan untuk mengikuti rumus-murus konvensional. Dalam hal inilah, kejeniusan subjektif Ramanujan harus dinegosiasikan dengan kaidah ilmiah konvensional.

Setelah perjuangan yang sangat lama dan bahkan merenggut kesehatan Ramanujan, pria asal pedesaan kumuh India itu pun diterima sebagai fellow di Royal Society yang menunjukkan bahwa Ramanujan menjadi bagian resmi dari komunitas ilmiah formal di Inggris. Karena telah mendapatkan posisi tersebut, temuan-temuan rumus matematika warisan Ramanujan terus dipelajari secara luas.

Siapa yang pernah mengikuti tes CPNS sistem CAT tidak akan asing dengan deret tak terhingga. Kita juga ingat bahwa Ramanujan berhasil melahirkan rumus partisi. Ramanujan mematenkan temuannya itu setelah berhasil menyelesaikan partisi angka tinggi. Warisan itu memberikan kontribusi besar dalam ilmu matematika. Bahkan rumus Ramanujan sangat berperan dalam mempelajari karakteristik lubang hitam dalam ilmu astronomi.

Kisah Ramanujan menunjukkan bahwa bagaimana kejeniusan subjektif itu harus dibuktikan secara objektif dalam lingkungan formal. Dalam lingkungan formal itu, tidak hanya kejeniusan, semuanya dituntut untuk maksimal. Ada kontrol emosi yang stabil, ketelitian, ada kerja keras dan konsistensi, dan tentunya ada pengorbanan. Hal yang tidak kalah penting adalah terpenuhinya kaidah sistematis bagi mereka yang telah menempuh sistem objektif.

Sebab itulah, Pramudya Ananta Tour berani mengatakan, akan terlihat lubang menganga pada otodidak. Karena para otodidak suatu saat akan menunjukkan bahwa apa yang terkesan dia menguasai, akan banyak compang-camping dalam hal-hal yang dihasilkan. Dalam sebuah bidang keahlian, pekerjaan yang sempurna adalah milik mereka yang memahami kaidahnya secara objektif. Seorang pekerja konstruksi, sudah membangun seribu rumah tidak akan mencapai jenius doktor teknik sipil.

Seorang sarjana teknik dapat membuat sebuah rumah yang kukuh, mewah, serta efektif hanya dengan duduk di depan komputernya. Hal ini bukan bualan, mereka yang membangun rumah dengan bantuan sarjana teknik dapat menunjukkan bagaimana puasnya mereka.

Sebab itulah, sejak awal tahu ada lomba desain bangunan antara pekerja konstruksi dengan doktor teknik sipil, saya langsung yakin pekerja konstruksi akan kalah telak. Mana mungkin pekerja konstruksi sama dengan doktor ilmu teknik sipil yang telah menulis disertasi dan dipertanggungjawabkan secara sistematis dan objektif di hadapan minimal enam guru besar kalah dengan pekerja konstruksi.

Keyakinan saya itu berangkat dari pengalaman pribadi saat mobil rusak. Penyakit yang dialami mobil saya telah membuat uang saya nyaris habis terkuras. Nyaris semua komponen sudah diganti. Sudah sangat banyak bengkel saya kunjungi. Telah banyak mekanik yang saya bayar. Tetapi penyakitnya tetap.

Hingga suatu hari saya bertemu dengan mekanik profesional bersertifikat. Dia sudah sekolah dan kursus mekanik beberapa tahun hingga mengantongi sertifikat dan ijazah. Saat mobil saya hidupkan, dia langsung meminta dimatikan. Langsung dikatakan kembali nanti sore, siapkan biaya dua juta rupiah. Sore hari setelah saya bayar dia menyebutkan biaya ganti komponen tiga ratus ribu, ongkosnya satu juta tujuh ratus ribu. Saya kaget kenapa bisa semahal itu ongkosnya. Namun setelah itu mobil saya sehat wal afiat.

Tetapi saat membayangkan uang sudah hampir lebih lima juta saya keluarkan untuk ganti komponen ini itu dan sudah lebih tiga juta membayar mekanik di sana sini, saya sadar bahwa yang mahal itu bukan komponen, tetapi keahlian profesional untuk mendeteksi masalah. Mobil yang tidak dapat dideteksi masalahnya akan membuat uang terkuras tanpa batas.

Seseorang yang minum kopi hasil racikan amatiran, telah diminum berember-ember sekali pun, tidak akan puas. Namun satu teguk hasil racikan barista bersertifikat yang lulusan kursus membuat kopi akan membuat kita serasa terbang melayang.

Demikian juga kalau negara kita ditangani orang ahli, maka masalahnya akan mudah diatasi karena mereka mampu mendeteksi sumber masalah.

Ilustrasi: fossbytes.com

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya