Kota Langsa dikenal sebagai daerah yang berhasil memajukan sektor pariwisata dengan baik. Tak dapat dipungkiri kota kecil ini mampu menarik wisatawaan baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Tak hanya hutan mangrove saja yang menjadi objek wisata yang menarik, kota Langsa juga memiliki objek wisata lainnya yaitu Taman Hutan Lindung Kota Langsa yang menjadi tujuan favorit keluarga saat liburan.
Taman Hutan Lindung Kota Langsa bukan menjadi objek wisata saja tapi juga menjadi paru-paru bagi Kota Langsa. Hutan ini terletak di Gampong PB. Seulemak, Kec. Langsa Baroe, Kota Langsa. Jarak yang harus ditempuh wisatawan menuju Taman Hutan Lindung Kota Langsa yaitu 6 km dari pusat Kota Langsa, yang bisa ditempuh dengan perjalanan 20 menit dari pusat kota.
Pemerintah setempat menjadikan Taman Hutan Lindung bukan hanya sebagai objek wisata saja tapi juga sebagai media edukasi bagi wisatawan.
Di hutan yang luasnya mencapai 10 hektar ini terdapat 300 jenis tanaman serta puluhan binatang yang didatangkan dari berbagai daerah di Nusantara. Wisatawan bisa belajar untuk mengetahui berbagai macam jenis tanaman dan hewan.
Jenis tanaman yang ditanam di hutan ini antara lain ialah, pohon kayu merbau, damar, jati, dan meranti, sedangkan untuk jenis hewan yang ada dihutan ini di antaranya yaitu, buaya, landak, rusa, ular,dan juga berbagai macam jenis burung lainya.
Fasilitas yang ada di Taman Hutan Lindung Kota Langsa ini memang cukup memadai seperti, mushalla, toilet umum, tempat sampah, tempat parkir yang luas, warung jajan, makanan, dan minuman.
Di Taman Hutan Lindung Kota Langsa juga menyediakan berbagai macam wahana yang bisa dinikmati wisatawan yaitu, perahu bebek, flying fox, mini ATV, poin ball, skate park, dan berkuda.
Di taman Hutan Lindung Kota Langsa juga terdapat Rumah Adat Aceh yang usianya sudah mencapai ratusan tahun, Rumah Adat Aceh atau juga sering disebut dengan Rumoh Aceh secara anatomi biasanya memiliki tiga sampai lima ruangan yang terdiri dari seuramo keu (serambi depan) pada ruang depan yang memiliki fungsi sebagai ruang tamu laki-laki, ruang belajar mengaji anak laki-laki pada malam atau siang hari, dan juga sebagai tempat tidur tamu laki-laki. Kemudian seuramoe teungoh (serambi tengah). Ruang serambi tengah ini merupakan bagian inti dari rumoh Aceh yang ukurannya lebih besar. Serambi tengah juga disebut sebagai rumoh inong (serambi induk) yang merupakan tempat pribadi. Pada seuramo teungoh terdapat dua bilik yang berhadapan yang digunakan penghuni rumah sebagai tempat istirahat, dan yang terakhir yaitu seuramo likot (serambi belakang). Pada bagian ini ukurannya sama dengan ukuran seuramoe keu dan dipakai bagi kaum perempuan untuk belajar mengaji dan tempat istirahat bagi tamu perempuan, serta bagian tambahan yaitu dapur.
Rumah adat Aceh kaya akan nilai filosofis dan estetis, di mana hal tersebut dapat dillihat dari bentuk dan ornamen yang terdapat pada Rumah Adat Aceh, sementara itu pada bagian pancangnya berfungsi untuk menyangga rumah yang disebut sebagai yup meh. Bagian pancang yang digunakan untuk meyangga Rumoh Aceh ini biasanya terdiri dari 16-24 batang kayu. Dahulu penyangga pada rumoh Aceh ini berfungsi agar binatang buas tidak dapat masuk kedalam rumah. Rumoh Aceh juga memiliki filosifi dengan karakteristik Islami, contohnya keberadaan tangga untuk memasuki rumoh Aceh bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk naik ke dalam rumah, tetapi juga sebagai titik batas yang hanya boleh didatangi oleh tamu yang bukan anggota keluarga atau saudara dekat.
Apabila di rumah tidak ada anggota keluarga laki-laki maka pantang (tabu) bagi tamu yang bukan mahram untuk naik ke rumah. Dengan demikian reunyeun juga memiliki fungsi sebagai alat kontrol sosial dalam melakukan interaksi sehari-hari antar masyarakat.
Di Taman Hutan Lindung Kota Langsa wisatawan bisa menikmati masakan tradisional Aceh yaitu Mie Aceh. Mie Aceh adalah masakan khas Aceh yang dibuat dengan kuah kari kental. Cita rasa yang disuguhkan dari Mie Aceh akan menggugah selera siapa pun yang mencicipinya.
Dalam penyajiannya Mie Aceh disajikan dalam tiga macam yaitu mie goreng kering, mie goreng basah, dan mie kuah. Penambahan bawang acar, kerupuk emping, mentimun, dan jeruk nipis menjadi pelengkap cita rasa makanan tradisional Aceh ini.
Asal mula mie Aceh ini tidak terlepas dari pengaruh budaya Aceh sendiri dan budaya asing di masa lalu. Dulunya Aceh dikenal sebagai pintu gerbang keluar masuk serta pelabuhan utama di wilayah Sumatera. Kombinasi kuah kari kental serta rempah yang kuat pada Mie Aceh dipengaruhi oleh masakan India, sementra bahan dasar Mie Aceh sendiri merupakan makanan khas dari masyarakat Tiongha. Kemudian penambahan daging sapi, daging kambing, maupun daging hewan laut seperti cumi-cumi, udang, dan kepiting merupakan pengaruh dari nilai dan budaya masyarakat Aceh.
Editor: Khairil Miswar