Pengembangan Bakat Milenial dan Kesejahteraan Ekonomi Masa Pandemi

Salah satu dampak dari pandemi COVID-19 ialah adanya perubahan perilaku individu. Di tengah ketidakpastian ekonomi yang ekstrem dan tantangan pekerjaan menyebabkan banyak generasi milenial yang kembali tinggal bersama orangtua mereka dengan jangka waktu yang lama dan menghabiskan banyak waktunya di rumah.

Pandemi COVID-19 menyebabkan orang kesulitan dari berbagai macam perspektif, dan tak dapat dipungkiri bahwa generasi milenial adalah salah satu yang terpukul. Pasalnya, banyak sekolah dan kampus yang berhenti beroperasi dan menyebabkan generasi milenial terpaksa kembali ke rumah dan belajar jarak jauh. Hal ini akan semakin mempersulit perekonomian orangtua karena bertambahnya biaya hidup yang harus dikeluarkan.

Pada dasarnya, sebelum pandemi, juga banyak generasi milenial yang bergantung pada orangtua. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, 6 dari 10 orangtua dengan anak usia 17-29 tahun telah membiayai atau memberi bantuan keuangan kepada anak-anak mereka dalam setahun terakhir, terutama dalam pengeluaran terkait uang sekolah, kos, belanja, dan lain sebagainya.

Namun, bagi orangtua, membiayai anak-anak yang sudah beranjak dewasa bukanlah hal yang mudah, sebab tidak semua orang tua memiliki pendapatan yang memadai.

Lain halnya dengan salah seorang generasi milenial yaitu Nella Syahputri (17), seorang siswa kelas XI yang tinggal di Desa Sanggalima, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pandemi COVID-19 tak membuatnya terpuruk dan berpangku tangan. Ia justru memanfaatkan waktu luangnya di rumah dengan mengembangkan bakat kaligrafi yang ia miliki.

“Saya sudah lama memiliki minat untuk mendalami kaligrafi, namun hal ini terealisasikan di masa pandemi COVID-19. Adanya pandemi ini membuat sekolah harus tutup dan pembelajaran dilakukan jarak jauh, alias dari rumah. Oleh sebab itu saya memanfaatkan waktu luang saya di rumah untuk terus mendalami kaligrafi. Dan Alhamdulillah saat ini saya sudah menerima tempahan-tempahan kaligrafi untuk kado ulang tahun, pernikahan, anniversary, dan lain sebagainya,” ujar Nella.

Berawal dari bakat yang ia miliki, kini ia bisa menghasilkan pendapatan sendiri. Tinggal di rumah dan belajar jarak jauh akibat pandemi COVID-19 tidak memperburuk keadaan orangtua, justru kini ia dapat meringankan beban ekonomi kedua orangtuanya. Ia berhasil membuat bangga kedua orang tuanya dengan keberhasilan yang ia raih di masa pandemi.

“Syukur Alhamdulullah, saya sebagai orangtua senang sekali melihat anak saya dapat mengembangkan bakatnya. Ia bisa mengajarkan ilmunya kepada adik-adiknya dan kepada anak-anak tetangga. Dan Alhamdulillah ia bisa menghasilkan uang dari bakatnya, sehingga meringankan biaya sekolahnya,” kata Ibu Nella.

Jadi, pandemi COVID-19 tak seharusnya membuat kita para generasi milenial terpuruk. Waktu luang yang kita miliki sebaiknya kita manfatkan untuk kegiatan yang produktif.

Pandemi COVID-19 tak menghalangi kita untuk terus berkarya, memanfaatkan waktu di rumah dengan hal yang bermanfaat, minimal bermanfaat untuk kita sendiri.

Jadilah generasi milenial yang tangguh dan produktif, sebab kita adalah penggerak peradaban suatu bangsa.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya