Tanaman Keladi di Paya Tampah

Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus caladium. Dalam bahasa sehari-hari keladi ini kerap dipakai untuk penyebutan beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat seperti colacasia.

Di tahun 2020-2021 saat ini kita sedang kedatangan tamu yang bernama Corona virus. Virus ini mencengkeram hati setiap orang dengan rasa khawatir, gundah dan ketakutan.

Menyikapi kondisi itu pemerintah mengambil kebijakan agar masyarakat melakukan semua aktivitas dari dalam rumah yang kemudian menimbulkan rasa bosan.

Di masa pandemi ini pula timbul tanaman yang menjadi kegemaran setiap emak-emak yaitu tanaman keladi.

Mendengar nama keladi, sebagian orang akan berpikir bahwa keladi adalah bunga yang gatal, bunga liar, tumbuh di hutan dan masih banyak lagi.

Pada dasarnya keladi merupakan tanaman yang tidak berharga di mata masyarakat, khususnya di dusun Bandung dan bahkan dipandang sebelah mata. Namun di masa pandemi ini keladi menjadi tanaman yang hangat diperbincangkan.

Saat ini keladi kerap kita jumpai di sekitar kita, khususnya di daerah yang dekat dengan lahan perkebunan dan juga sungai, seperti tempat saya tinggal di Desa Paya Tampah, Kecamatan Karang Baru.

Keladi memiliki ciri khas tangkai yang panjang serta memilki daun bersimbol hati.

Uniknya, di masa pandemi ini mulai bermunculan berbagai macam nama keladi, mulai dari keladi janda bolong, tengkorak dan masih banyak lagi. Selain itu, saat ini keladi memiliki harga jual yang fantastis. Harganya bisa dibanderol mulai 500 ribu – 3 juta rupiah atau bahkan dapat melampui harga tersebut.

Bunga keladi mudah dalam perawatannya. Keladi dapat bertahan di masa panas maupun dibtempat yang memiliki kelembaban yang tinggi. Saat musim penghujan tanaman keladi ini dapat berkembang dengan pesat.

Di masa pandemi banyak ditemukan berbagai macam jenis keladi mulai dari keladi tikus, keladi tengkorak, keladi anglonema dan masih banyak jenis keladi lainnya.

Dari pengakuan salah satu emak-emak di sana, sebelum viral bunga ini kerap dipandang sebelah mata, di mana keladi hanyalah tanaman biasa dan tanaman ini tumbuh liar di perkarangan warga, kebun atau pun di pinggir sungai. Namun setelah viral, keladi menjadi tanaman hias yang diburu banyak kalangan, mulai dari kalangan menengah, kalangan atas maupun kalangan bawah.

Bahkan ada masyarakat yang rela masuk ke hutan hanya untuk berburu keladi dikarenakan tanaman ini dianggap tanaman yang eksotis di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan warnanya yang menghipnotis, mulai dari warna yang bercampur, putih, merah pink hingga yang menyerupai batik serta garis uratnya yang dianggap indah.

Di tahun 2020 -2021 pecinta tanaman keladi tidak hanya mengoleksi jenis dan bentuk dari berbagai keladi namun banyak kalangan yang  menjadikan keladi sebagai ladang bisnis bagi mereka.

Keladi juga sangat cocok untuk menghiasi halaman rumah hingga ruangan tamu. Karena keindahannya tentu banyak yang rela merogoh kocek untuk mendapatkan keladi yang diinginkan.

Berdasarkan hasil pengamatan saya, hampir 95 % tanaman keladi menjadi koleksi bagi masyarakat di dusun Bandung Desa Paya Tampah, baik dari hasil membeli maupun dari meminta pada tetangga.

Keladi adalah tanaman yang mudah dirawat dan juga cepat dalam pengembangannya. Keladi juga tidak memerlukan tanah yang banyak untuk penanamannya dan lebih cocok menggunakan sekam padi.

Ada beberapa tips dari saya dalam penanaman tanaman keladi :

  1. Pastikan tempat untuk kita menanamnya seperti pot atau bisa juga dari bahan yang mudah kita jumpai di sekitar kita seperti ban bekas.
  2. Siapkan tanah secukupnya.
  3. Siapkan sekam padi.

Mula-mula kita campurkan tanah dan sekam yang sudah kita dapat, kemudian tinggal kita masukan tanah dan sekam yang sudah dicampur tadi ke dalam tempat yang sudah disediakan dan langsung ditanam.

Karena kemudahan dalam penanaman dan perawatan, maka wajar saja tanaman ini tidak hanya menjadi koleksi melainkan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.

Pecinta keladi mulai berinsiatif untuk mengembangkan keladi yang mereka punya untuk ditawarkan kepada tetangga sampai melakukan penjualan melalui sosial media.

Dengan demikian masa pandemi tidak menjadi alasan bagi kita untuk diam saja di rumah melainkan kita mesti berusaha menemukan hobi dan bakat baru yang bisa mengubah perekonomian kita di masa-masa sulit seperti ini.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya