Hilangnya Tradisi Musik Becanang dalam Adat Beguru pada Masyarakat Gayo

Suku Gayo adalah suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Aceh. Kabupaten Gayo sangat beragam mulai dari tarian, musik, dan teater. Kebudayaan dari setiap suku bangsa memiliki keunikan dan kekayaan tradisi masing-masing di mana di dalamnya juga terkandung nilai-nilai luhur untuk kemulian hidup. Tak terkecuali kebudayaan masyarakat Gayo yang berada di sekitaran kawasan Blangkejeren pada saat mempersiapkan hajatan besar seperti upacara perkawinan harus melewati beberapa tahapan adat, yang setiap tahapannya tersimpan makna yang sakral untuk kebahagiaan hidup rumah tangga pengantin.

Beguru yaitu acara yang diadakan sesudah acara malam begenap yaitu pada pagi hari sesudah shalat Subuh. Beguru artinya belajar, yang merupakan prosesi pemberian nasihat kepada calon pengantin dan biasanya disertai dengan pepongotan (tangisan) sambil sungkeman kepada orangtua calon pengantin. Calon pengantin akan diberi berbagai nasihat dan petunjuk tentang bagaimana nantinya mereka bersikap dan berperilaku dalam membina rumah tangga. Sebelum acara beguru dimulai orang-orang tua akan becanang (bermain canang) di tempat acara tersebut sambil menunggu tamu-tamu datang begitu juga setelah acara beguru selesai.

Salah satu prosesi upacara perkawinan masyarakat Gayo yang paling digemari orang-orang tua lanjut usia adalah becanang (bermain canang) pada saat beguru.

Becanang merupakan sebutan untuk sekelompok permainan musik perkusi, alat musik yang dipakai dalam musik becanang ini antara lain canang, memong, gong dan gegedem.

Becanang adalah salah satu permainan musik tradisi khas gayo yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Setiap prosesi adat dalam acara pernikahan pada masyarakat suku Gayo selalu mengunakan musik becanang, musik becanang ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi untuk memanggil masyarakat setempat agar hadir di acara beguru yang diselengarakan.

Musik becanang ini dimainkan oleh ibu-ibu separuh baya. Di dalam musik becanang ini sering kali terlihat ibu-ibu yang berdiri dan menari karena terbawa suasana musik ini.

Di kecamatan Pining memiliki banyak perkampungan, pada zaman dahulu di semua perkampungan selalu memainkan musik becanang apabila ada salah satu warga yang menyelengarakan acara beguru, becanang ini menjadi suatu kewajiban di dalam prosesi adat.

Musik becanang memiliki bermacam-macam bentuk ritem variasi di antaranya ritem canang selalu, cincang nangka, dan redep.

Canang selalu memiliki ritem yang sangat monoton, ritem ini paling sering dimainkan di dalam musik becanang, dalam ritem ini canang memang dimaikan secara bergantian (sahut-sahutan) dengan tempo yang teratur, cincang nangka merupakan ritem yang terdengar riang, ritem yang dimainkan cepat dan terdengar seperti ritem yang gantung, ritem ini sering dimainkan di musik becanang dan sering juga dijadikan sebagai iringan tari.

Dalam musik becanang ritem ini mampu membawa pendengar untuk berdiri dan menari apalagi orang-orang yang berjiwa seni, sedangkan redep adalah ritem yang terdengar seperti staccato, ritem ini mengambarkan ketegasan dari masyarakat Gayo. Ketiga ritem inilah yang dimainkan secara bergantian dan berulang-ulang dan ritem inilah yang menjadi pokok musik becanang dalam adat Gayo.

Ritem ini merupakan ritem yang terdengar sangat ceria, menurut ceritanya ritem ini timbul ketika para petani di tanah Gayo berhasil panen hasil kebun atau hasil sawahnya dengan hasil yang sangat memuaskan, ritem ini mengambarkan kesenangan mereka saat mereka merasakan bahagia karena hasil panennya, ritem canang selalu adalah ritem yang terdengar sangat monoton dan dimainkan tidak memakai gegedem sedangkan ritem redep adalah ritem yang terdengar seperti staccato, ritem ini menggambarkan ketegasan dari masyarakat Gayo.

Beguru (memberi nasihat) menjelang akad pernikahan, akan tetapi karena kehidupan sudah semakin modern dan adanya pengaruh kebudayaan luar masyarakat suku Gayo mulai meningalkan kebiasaan becanang ini. Sekarang becanang seperti tidak lagi menjadi kewajiban di beberapa perkampungan khususnya kampung Pining, sebagian dari mereka mulai tidak lagi mengunakan musik becanang apabila ada acara beguru yang diselengarakan.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya