Berkah Ramadhan; Program One Day One Juz Via Grup Whatsapp

Ramadhan adalah  bulan yang penuh rahmat dan mulia. Pada bulan inilah Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai petunjuk dan pembeda bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. 

Pada bulan Ramadhan umat Muslim diwajibkan berpuasa selama satu bulan penuh dengan menahan haus dan lapar dan menjauhi dari segala hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Walaupun berat, namun kehadirannya selalu dinanti-nantikan oleh seluruh umat Muslim di penjuru dunia. Allah SWT telah menjanjikan keberkahan bulan suci Ramadhan, yaitu akan dilipatgandakan pahala seluruh amal kebaikan, dikabulkannya seluruh permohonan, dan diampunkan seluruh dosa yang telah dilakukan, sehingga manusia kembali suci setelah melaksanakan puasa selama satu bulan.

Namun untuk meraih semua keberkahan itu bukanlah hal yang mudah. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai alasan dan hawa nafsu duniawi yang sulit untuk dihilangkan dari sifat kemanusiawiannya.

Oleh karena itu, kita harus cermat dan tangkas dalam memanfaatkan momen yang sangat singkat dan langka ini, dalam artian belum tentu kita bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan.

Karena itu, mari berjuang mengisi waktu dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan bernilai ibadah tentunya, seperti shalat tarawih, membaca Alquran atau yang lebih dikenal dengan tadarus al-qur’an, bersedekah, i’tikaf di masjid 10 hari menjelang akhir Ramadhan, mencari ilmu agama dan masih banyak kegiatan positif lainnya yang bisa kita kerjakan selama bulan suci Ramadhan.  

Berbicara tentang baca Alqur’an, maka seharusnya tidak ada kata “bosan dan malas”, karena membaca Alqur’an wajib hukumnya dan besar pahalanya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Muzammil ayat 4: “Wa Rattilil Qur’ana tartila” (Dan engkau bacalah  Alquran itu, dengan bacaan yang sempurna). 

Selanjutnya sabda Rasulullah Saw dalam riwayat At-Tirmidzi: ’An ‘Abdullahi ibni mas’udin yaqulu; Qaala Rasulullahi Saw; Man qara-a harfan min kitabillahi fa lahu bihi hasanatun wal-hasanatu bi-asyri amtsaliha, laa aqwaalu almu harfun, wa lakin alifun harfun, wa lamun harfun, wa mimun harfun” (kata ‘Abdullah ibn Mas’ud, Rasulullah shallalluhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur,an), maka dia akan mendapatkan satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”).

Oleh karena itu, marilah kita jadikan Alquran sebagai bacaan favorit harian dengan penuh keikhlasan dan renungan melalui program One Day One Juz. 

Program One Day One Juz adalah program membaca Alqur’an satu hari satu juz. Program ini bisa dilakukan baik secara tatap muka maupun secara online via grup whattshapp yang beranggotakan dari berbagai kalangan, yaitu mulai anak-anak hingga orang dewasa dari berbagai daerah di Indonesia. 

Grup ini dibentuk dengan tujuan: pertama, lebih mendekatkan diri dengan Alqur’an; kedua, mentadabburi ayat-ayat suci Alqur’an; ketiga, berbagi ilmu dan saling menasihati dalam kebaikan; keempat, istiqamah dalam membaca Alqur’an; kelima, 30 hari Ramadhan khatam 30 juz membaca Alqur’an. 

Adapun tips cara membaca Alqur’an One Day One Juz; logikanya adalah Alqur’an ada 30 juz, Ramadhan ada 30 hari, berarti 30 juz : 30 hari = 1 juz/hari. Jadi, dalam satu hari kita harus selesai membaca 1 juz Alqur’an. 1 juz ada 20 halaman  (Alqur’an pojok atau Alqur’an Makkah-Madinah). 20 halaman : 5 waktu shalat fardhu = 4 halaman/ 1 waktu shalat fardhu. Berarti tugas kita setiap setelah shalat harus membaca  4 halaman Alqur’an.

Jika sewaktu-waktu  tidak sempat membaca Alqur’an, maka harus menambah jumlah halaman pada shalat berikutnya. 

Jadi, mulai sekarang tidak ada lagi alasan bagi kita untuk memungkiri baca Alqur’an. One Day One Juz adalah solusi yang sangat tepat dan cepat bagi semua kalangan baik anak-anak hingga orang dewasa.

Dengan program ini menuntut kita untuk menyisihkan waktu 10 hingga 15 menit saja setiap setelah 5 waktu shalat fardhu (Subuh, Zhuhur, Asar, Magrib dan Isya), sehingga tidak mengganggu berbagai aktivitas lain, terutama bagi para ibu rumah tangga yang selalu dihadapkan dengan sejumlah pekerjaan.

Mari hiasi rumah dan hari-hari kita dengan lantunan ayat-ayat suci Alqur’an al-Karim, semoga kelak di akhirat Alqur’an akan datang memberi syafaat bagi pembacanya.

Pada akhirnya tercantumlah sebuah do’a “Allahumma arhamna bil Qur’an “Ya Allah rahmatilah (keluarga, anak keturunan) kami dengan rahmat Al-qur’anmu di dunia dan akhirat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

Melampauai Integrasi Ilmu: Dari Jamiah Baiturrahman Ke Jamiah Khairiyah

Setelah Jamiah Baiturrahman, lebih dua ratus masyarakat tidak belajar ilmu-ilmu umum. Barulah setelah kehadiran Tuanku Raja Keumala, Jamiah Khairiyah mampu menghadirkan kembali kajian-kajian ilmu-ilmu umum berbarengan kajian ilmu-ilmu agama yang melampaui integrasi ilmu. Namun itu belum cukup untuk mengembalikan semangat untuk kembali menjadi masyarakat yang terbuka, modern, dan kosmopolit. Dampak perang melawan Kolonial Belanda berkepanjangan, ditambah tidak belajar ilmu-ilmu umum sudah sangat lama, masih terasa hingga kini.

Cermin dan Kehidupan: Melihat Kualitas Diri dalam Setiap Pantulan

Ketika kita berusaha untuk memahami dan menjelaskan tentang dunia luar, kita ternyata justru sedang memproyeksikan keyakinan, pengalaman, dan nilai-nilai yang kita hidupi…. Kita bukan menilai dunia apa adanya, tetapi dunia sebagaimana yang kita yakini. Inilah mungkin, mengapa kita perlu untuk sesekali mencoba melihat dunia dari perspektif orang lain.

Biografi Hamzah Fansuri

Hamzah Fansuri lahir sekitar pertengahan abad ke-15 pada periode akhir Samudra Pasai. Beliau mengenyam pendidikan pada Zawiyah Blang Pria. Kemudian hijrah ke Singkil dan mengajar pada lembaga pendidikan di sana. Tidak lama kemudian, melalui Barus, Hamzah Fansuri bertolak ke Timur Tengah untuk menuntut ilmu. Kembali ke Aceh, Hamzah Fansuri menetap di Fansur yakni Ujong Pancu, Peukan Bada, Aceh Besar.

Ragam Orientasi Bahasa Indonesia (Asal Usul Bahasa Persatuan)

Karya ilmiah Sutan Takdir Alisjahbana seperti Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat dari Segi Nilai-Nilai  telah menunjukkan tentang bagaimana bahasa Indonesia sangat mampu menjadi sarana penulisan ilmiah. Penulisan ilmiah yang membuktikan kompatibilitas tinggi bahasa Indonesia sebagai sarana penulisan ilmiah selanjutnya juga dapat dilihat dalam karya Ignas Kleden, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Tulisan ilmiah tentang agama juga ditulis oleh Sutan Takdir Alisjahbana yakni Pemikiran Islam dalam Menghadapi Globalisasi dan Masa Depan Umat Manusia. Karena memang bahasa Indonesia yang dulunya dalam format bahasa Melayu telah digunakan oleh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Al-Sumatrani, Abdurrauf Al-Singkili, dan lainnya, telah sangat baik menjadi sarana komunikasi literatur agama.