Tertawa Bersama Tuhan

Suatu hari, seorang Wali Allah berkata kepada murid-muridnya: “Kalian tahu tidak, kenapa seorang WALI itu sering membuat murid-muridnya tertawa? Dalam pengajarannya selalu dengan senang-senang, sering guyon, kadang sering melucu, lucunya berkelas sehingga murid-muridnya selalu tertawa?” Kalian tahu bayi, setiap hari dia tertawa, setiap hari dia harus tertawa, sehingga kadang dalam tidur pun bayi itu tertawa. Tertawa itu proses imun yang bagus bagi bayi, ini natural dan alamiah bagi manusia, artinya tertawa itu tidak mesti ketika masih bayi, tapi ketika dewasa pun manusia juga harus tertawa, namun, ketika manusia menjadi dewasa, manusia sudah lupa tertawa, sehingga dia terus menua dan kemudian meninggal, hanya itu saja. Padahal tertawa itu sangat bagus, bisa membuat manusia bahagia, apalagi tertawa bersama WALI ALLAH, bisa mambuat manusia terus seperti anak-anak, tidak cepat menua”.

“Bayangkanlah manusia yang hidupnya terlalu serius tak menentu, apalagi dalam situasi seperti hari ini, sudah hidup susah, masalah bertumpuk, jumpa pula dengan penceramah, pengkhutbah ataupun ustaz yang selalu menceritakan kesusahan, menceritakan azab, tentang siksa neraka, menceritakan dosa. Isi ceramahnya tidak ada senang-senangnya, akan jadi apa manusia jika modelnya begitu? Hidupnya semakin suram, tidak ada indah-indahnya hidup ini”.

Bagi bayi, hal pertama yang dilakukan ketika dilahirkan ke dunia adalah menangis. Ini adalah respons alami yang ditunjukkan olehnya pada dunia yang asing sekaligus mencari kehangatan sang ibu. Lalu, kapan ia akan menunjukkan senyum dan tawanya. Sudah banyak penelitian ilmiah yang menggali hal itu. Salah satunya menurut Jean Piaget, psikolog ternama asal Swiss. Piaget berpendapat bahwa tawa bayi merupakan cara bayi untuk mendapatkan wawasan mengenai dunia sekelilingnya. Jadi tertawa pada bayi adalah cara bayi merespons dan mengenal dunia sekelilingnya.

Menangis dan tertawa adalah dua kebahagiaan bagi manusia, apa lagi jika keduanya bertemu sekaligus, dan kelebihan seorang WALI adalah, dalam saat bersamaan, bisa membuat manusia tertawa sekaligus menangis, ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh manusia biasa. Ketika manusia berjumpa seorang WALI, memandang wajahnya saja, semua kesulitannya selesai, konon lagi ketika tertawa bersamaNya.

Lalu bagaimana dengan manusia dewasa? Karena hidup terlalu serius dan kaku, dia tidak lagi mengenal dunia dan sekelilingnya, dan salah satu cara mengurai kekakuan itu adalah dengan tertawa. Tertawa tidak hanya menyenangkan, tapi juga menyehatkan secara fisik dan psikis, serta memberikan berbagai dampak baik bagi kehidupan secara keseluruhan.

Salah satunya meningkatkan kesehatan emosional. Tertawa dapat melepaskan hormon bahagia seperti serotonin, endorfin, dan dopamin secara bersamaan dan memberikan efek nyaman, meningkatkan suasana hati, hingga mengurangi stres. Tanpa disadari, stres yang berasal dari kehidupan sehari-hari dapat menekan sistem kekebalan tubuh yang efeknya bisa meningkatkan risiko penyakit menular dan penyakit jantung. Tertawa sehat untuk jantung dan dapat meningkatkan produksi HDL atau kolesterol baik. Tertawa bahkan oleh hal-hal sepele dapat membuat manusia lebih tenang, merasa senang, sekaligus melindungi diri sendiri dari berbagai penyakit. Tertawa akan membuat manusia jauh dari kemarahan, rasa bersalah, dan emosi negatif.

Tertawa juga bisa meningkatkan jumlah sel-sel yang memproduksi antibodi dan menjadikan sistem kekebalan yang lebih kuat, serta lebih sedikit efek fisik dari stres. Saat merasa lelah, tertawa dapat membantu manusia merasa bersemangat dan segar, juga tidak mudah merasa tertekan.

Dunia Hanyalah Senda Gurau

Saat ini, hidup kita terlalu kaku, kurang piknik dan kurang hiburan, bahkan pada tahap tertentu, apa pun tidak boleh dilakukan kecuali yang berbau agama. Agama sebenarnya tidak kaku, tetapi para penafsirnyalah yang membuat agama itu kaku dan begitu-begitu saja. Humor dan lucu menjadi barang yang langka bahkan di ruang publik kita, sedikit humor, sedikit lucu langsung dianggap pelecehan, padahal hidup itu ya harus banyak bercanda, karena canda itu bisa mengurai apa pun yang berat dan tidak mungkin terurai.

Bagi Sufi, dunia ini bukanlah sesuatu yang serius, dunia ini hanyalah senda gurau saja, yang serius itu hanya ketika bersama Tuhan dan ketika berbuat kebaikan, itu pun kadang penuh canda tawa juga. Lihatlah kehidupan para Sufi, kadang dia seperti penuh misteri, tidak pernah ingin diketahui, namun adakalanya kebalikan dari itu semua.

Kehidupan para Sufi kadang adalah kehidupan apa adanya, tanpa basa basi, bagi mereka “penasaran” itu tidak ada lagi, karena semuanya sudah pada dimensi hakiki (hakikat). Dalam bahasa lebih sederhana, WALI ALLAH berkata: “Sufi itu adalah orang-orang akhirat yang bermain-main ke dunia”, tidak ada beda lagi, yang mana dunia dan yang mana akhirat, kadang dunia diakhiratkan, kadang akhirat yang diduniakan, karena itu semua hanyalah dimensi, tidak ada lagi ruang dan waktu, tidak ada lagi pengaruh ruang dan waktu, tinggal dipindah-pindahkan saja.

Para Sufi mendapatkan ilmu dari para MURSYIDnya adalah dengan tertawa dan bercanda, karena pada sosok inilah otoritas spiritual yang otoritatif berada, karena memang pada tempatnya dengan segala kepantasan dan kepatutannya.

Suatu hari seorang WALI ALLAH berkata: “Hai pulan, yang membuatmu masuk surga bukan karena zikirmu dan amalanmu, tetapi karena makanan yang engkau bawa untuk kekasih ALLAH ini”.

Begitulah kehidupan manusia, ada banyak sisi kehidupan manusia yang dia tidak tahu bahwa itu ada, bahwa didunia, disekeliling tempat tinggal kita, ada komunitas seperti ini, hanya saja manusia kadang tidak mau mengikuti, bisa jadi karena egonya atau mungkin belum berjodoh.

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya