Milenial Membangun: “Kisah Sukses Ibrahim Johar, S.P. Membangun Hidroponik Tamiang”

Tentunya sudah tidak menjadi asing lagi ketika mendengar kata petani. Ya, sebagian besar orang menganggap petani adalah pekerjaan yang melelahkan, umur 40 tahun ke atas, harus panas-panasan di bawah terik matahari, dan sebagainya.

Lalu mengapa petani, bukan menjadi kategori cita-cita? Mungkin sebagian besar orang mengatakan gengsi, pola pikir orang yang masih beranggapan petani pekerjaan yang tidak berkelas dan petani profesi yang dipandang rendah oleh masyarakat. Gengsi yang menjadi kata di kalangan milenial, karena sebagian dari mereka lebih memilih ingin bekerja di ruang ber-AC. Padahal banyak dari mereka yang salah memahami arti dari petani dan buruh tani.

Dengan gaji besar, Pegawai Negeri Sipil (PNS), bekerja di kantoran merupakan salah satu impian pekerjaan dari generasi milenial. Begitu pula bagi mahasiswa ketika mereka baru lulus.

Namun ini tidak berlaku buat generasi milenial asal Aceh Tamiang, Ibrahim Johar, S.P (24) dengan nama sapaan ibrahim. Ia telah memilih untuk menjadi petani milenial hidroponik.

Ibrahim Johar merupakan mahasiswa lulusan dari Insititut Pertanian Bogor. Begitu lulus dan mendapatkan gelar Sarjana, ia merasa ilmu yang telah didapatkan ketika di bangku perkuliahan tidak boleh disia-siakan wajib dikembangkan dan diaplikasikan langsung ke media lapangan. Supaya dapat memberikan manfaat bagi semua dan daerahnya.

Kita ketahui hidroponik adalah metode budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah serta memperhatikan pemenuhan nutrisi bagi tanaman.

Di balik kunci sukses ibrahim dengan usahanya yang diberi nama “Hidroponik Tamiang”, tidak semudah dibayangkan. Usaha yang dimulai dengan modal dan lahan yang seadanya.

“Awal saya memulai berhidroponik di belakang rumah, dengan menggunakan sistem rakit apung karena biaya murah dan juga memanfaatkan tempat tidur bekas dengan luas 2×1 meter,” ujar Ibrahim, saat ditemui di Hidroponik Tamiang selasa (09/02).

Ibrahim mengungkapkan dari hal kecil usaha yang di jalankan dengan ukuran lahan 1×1 meter bisa mendapatkan hasil yang maksimal yaitu 2 kg tanaman komunitas kangkung. Dengan hasil yang didapatkan pemuda asal Kampung Durian ini memberanikan diri untuk memulai usaha yang lebih ke sekala besar yang di buka di kawasan Kampung Durian Kecamatan Rantau.

Usaha Hidroponik Tamiang yang dijalankan oleh sosok Ibrahim ini sudah berlangsung sejak November 2018 sampai sekarang. Sebelumnya beliau belajar berhidroponik saat sedang berkuliah di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat pada tahun 2013 sampai tahun 2017. Ibrahim juga memberitahukan apa saja yang perlu disiapkan ketika ingin memulai usaha berhidroponik.

“Niat, mental, keberanian, dan yang paling penting adalah memahami. Karena di bisnis ada 3 hal yang harus diketahui yaitu mengetahui kualitas, kuantitas, keberlanjutan atau sustainability,” ujar Sarjana Pertanian alumni Institut Pertanian Bogor ini.

Bertani hidroponik ini sangat berpotensi bagus jika dikembangkan menjadi sebuah bisnis. Karena mengingat di Indonesia pertanaian yang dilakukan secara modern belum terlalu banyak dilakukan, terutama dalam pertanian sistem hidroponik.

Keuntungan dari menanam secara sistem hidroponik adalah tidak memandang jenis sayuran yang biasanya ada di dataran tinggi dan dataran rendah karena bisa menanam sayuran-sayuran yang diinginkan.

Semua usaha pasti pernah mengalami yang namanya kegagalan begitu pula yang dirasakan oleh Ibrahim. “Risikonya adalah kegagalan dan keuntungan sebuah bonus. Kalau masalah budidaya yang terjadi adalah faktor eksternal alam, cuaca yang ekstrem, instalasi yang patah akibat tertiup angin ” ujarnya (09/02).

Ibrahim juga menceritakan bagaimana suka dan duka yang dialami. ”Titik jenuh pasti semua mengalami. Namun ini semua dilewatkan dengan menyikapinya, kalau laki-laki itu harus berprinsip kita lakukan apa yang kita mulai dan kita selesaikan apa yang kita mulai,” ucapnya dengan penuh semangat.

Selain bertani hidroponik, Ibrahim juga memiliki beberapa unit usaha yang ada di Hidroponik Tamiang. Seperti instalasi atau alat-alat berhidroponik, benih, tanaman hias bonsai. Ibrahim juga merambahkan bisnisnya ke perikanan dan pakannya yaitu menjual ikan laga (betta fish), kutu air dan ekstrak daun ketapang. Mengapa bisa merambah ke perikanan? Karena Ibrahim melihat peluang bisnis ini sangat diminati banyak orang akibat dari efek virus covid-19.

Perkembangan media sosial saat ini semakin pesat mengingat peran teknologi yang tidak dapat dilepaskan dari setiap orang apalagi bagi generasi milenial. Maka dari itu Ibrahim selain secara offline ia juga memanfaatkan media sosial untuk menjadi tempat lahan dia mempromosikan bisnis usahanya.

Ibrahim juga memberi tips bagi yang ingin memulai berbisnis bagi pemula. ”Ubah cara berpikir (mindset), mental, jangan lupa pelajari apa yang sudah dimulai dan melihat potensi pasar bisnis,” ujar Ibrshaim, Selasa (19/02).
Maka dari itu jangan hanya berdiam diri dan menutup mata. Bangunlah, perhatikan sekitarmu dan kembangkan kreativitas dalam dirimu. Jadikanlah ini sebuah awal dalam perjalanan usahamu.

Editor: Khairil Miswar

Baca Juga

“Pulitek” Orang Aceh: Politik Keterusterangan

Pengalaman-pengalaman serupa tentulah dapat kita temukan di berbagai kesempatan, bahwa dalam relasi sosialnya, terutama dalam dunia politik, keterusterangan merupakan tipikal dari orang Aceh.

Kisah Persahabatan di Balik Meja Kerja

Waktu terus berjalan, tetapi persahabatan dan kenangan di balik meja kerja itu tetap hidup dalam hati mereka. Meskipun jalan hidup membawa mereka ke berbagai arah, ikatan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun tidak akan pernah hilang.

BUKAN DI TANGAN MPR

Malah, sekarang, kita lebih mengkhawatirkan kapasitas partai politik, yang lebih mengejar hasil instan elektoral dengan mengajukan pelawak sebagai calon wakil walikota.

MEKKAH YANG DEKAT

Mekkah adalah tanah impian. Semua muslim mendambakan menginjakkan kaki di sana. Dari Mekkah, tempat di mana sakralitas ibadah haji dilakukan, cerita mengenai hubungan muslim dengan Tuhan dan masyarakatnya bermula.

Menyoal Frasa Wali Keramat dalam Cerpen Ada Sepeda di Depan Mimbar

Namun, pada poin kedua, di sini, imajinasi Khairil Miswar sama sekali bertolakbelakang dengan imajinasi saya. Gambaran imajinatif sosok Teungku Malem yang dianggap wali keramat, namun dia menghasut Tauke Madi untuk tidak lagi memperkerjakan orang yang tidak salat, bukan main anehnya